Mohon tunggu...
aldis
aldis Mohon Tunggu... Arsitektur Enterprise

Arsitektur Enterprise, Transformasi Digital, Travelling,

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Bagaimana strategi bisnis tangkas dengan teknologi informasi ?

10 Agustus 2025   17:05 Diperbarui: 10 Agustus 2025   17:09 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Di lantai 12 gedung kaca yang memantulkan langit petang, seorang direktur logistik duduk di depan laptopnya. Matanya tak lepas dari layar yang penuh grafik—naik-turun seperti jantung yang berdebar, angka-angka berlari di tabel, dan di pojok kanan bawah, muncul notifikasi kecil: AI Prediction Alert — Demand Surge Expected.

Dulu, ramalan bisnis datang dari insting manusia: obrolan di warung kopi, isyarat dari pedagang pasar, atau pengalaman puluhan tahun membaca cuaca dan gelagat pembeli. Kini, ramalan itu datang dari jutaan titik data yang dikumpulkan oleh mesin cerdas, disuling menjadi prediksi, lalu dilemparkan ke layar dalam hitungan detik.

Manajemen strategis bukan lagi dokumen tebal yang disimpan di lemari besi dan dibuka saat rapat tahunan. Ia telah berevolusi menjadi tarian dinamis yang memadukan logika bisnis dengan irama teknologi informasi (TI)—tarian yang cepat, gesit, penuh kejutan, kadang seperti improvisasi jazz, namun tetap membutuhkan pemain yang paham nadanya.

Teknologi informasi telah merombak cara kita merencanakan masa depan perusahaan. Ia tidak lagi menjadi sekadar alat bantu, tapi justru menjadi panggung utama di mana keputusan strategis dipentaskan. Dari big data yang mengalir seperti sungai raksasa, hingga blockchain yang seteguh batu karang, dari kecerdasan buatan yang tak pernah tidur, hingga media sosial yang bisa menjadi badai opini—semua menjadi instrumen dalam orkestra strategi modern.

Namun, di balik simfoni kecanggihan ini, ada pertanyaan yang tak pernah usang: seberapa jauh kita bisa membiarkan mesin mengarahkan langkah? Dan kapan manusia harus kembali mengambil alih kendali kemudi?

Data dan Kecerdasan Buatan: Emas Baru dan Mata yang Tak Tidur

Di abad lalu, kata “kekayaan” identik dengan emas di peti, minyak di perut bumi, atau lahan luas di pinggir kota. Kini, kekayaan mengalir dalam bentuk lain—data. Butiran-butiran digital itu lahir dari setiap klik pelanggan, setiap riwayat belanja, setiap ulasan di marketplace, dan bahkan dari jeda satu detik ketika seseorang ragu menekan tombol “beli”.

Perusahaan yang menguasai data ibarat penjelajah yang memegang peta rahasia pulau harta karun. Dengan analisis big data, mereka dapat melihat pola yang tak kasat mata bagi pengamatan manusia biasa. Misalnya, sebuah bank besar tak hanya memprediksi tren suku bunga dari laporan ekonomi pemerintah, tapi juga dari perilaku jutaan nasabah: berapa banyak yang meminjam, berapa yang menabung, bahkan seberapa sering mereka membuka aplikasi perbankan.

Di sinilah analisis prediktif menjadi lensa masa depan. Ia memampukan perusahaan mempersiapkan layar kapal bisnis sebelum badai datang. Perubahan harga komoditas, pergeseran tren belanja, hingga ancaman resesi dapat diantisipasi bukan dengan firasat, melainkan dengan hitungan akurat.

Namun, data tak berguna tanpa alat yang bisa mengolahnya dalam skala luar biasa. Di titik inilah kecerdasan buatan—AI—menjadi “mata yang tak pernah tidur”. AI memantau pergerakan pesaing secara real-time, memeriksa ribuan situs e-commerce, membandingkan harga, mendeteksi promo musiman, dan bahkan membaca komentar warganet untuk menebak strategi lawan.

Bedanya dengan intelijen bisnis konvensional? AI tak minta libur Lebaran, tak lelah, dan tak lupa mencatat. Ia bekerja 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Tetapi di balik kecepatan dan ketelitiannya, ada bahaya yang mengintai: algoritma bisa bias, data bisa dimanipulasi, dan prediksi bisa meleset jika terlalu mengandalkan logika mesin tanpa mempertimbangkan konteks manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun