Setiap dosen harus berkarya. Â Selain mengajar, dosen harus melakukan penelitian sekaligus menjalankan pengabdian kepada masyarakat. Masalahnya, terkadang dosen sudah terlalu sibuk dengan jadwal mengajar atau terjebak dengan tugas tambahan sebagai pejabat struktural sehingga tidak sempat meluangkan waktu untuk menuangkan ide-ide cemerlangnya dalam bentuk artikel ilmiah maupun buku.Â
Dengan kosongnya karya ilmiah, seorang dosen tidak dapat mengurus kepangkatannya yang berkonsekuensi tidak dapat berkarir lebih tinggi, misalnya menjadi seorang profesor.
Menjadi profesor adalah cita-cita tertinggi seorang dosen. Untuk menjadi professor, salah satunya adalah memiliki karya tulis bereputasi internasional. Indikatornya adalah tulisan tersebut dimuat di jurnal terindeks, seperti Scopus maupun Thomson. Sulit memang, namun berdasarkan pengalaman mencermati dosen yang berhasil menjadi profesor, saya berbagi informasi tentang metode tercepat untuk menjadi guru besar.
Pertama, menjadikan menulis sebagai hobi. Menulis adalah aktifitas menuangkan bahasa pikiran dan lisan menjadi Bahasa tulisan. Bagi orang yang suka berbicara, terkadang ia kesulitan untuk menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan. Â
Memang, ada perbedaan yang kentara antara bahasa tulis dan bahasa lisan, antara lain bahasa lisan lebih bebas tidak terpaku pada struktur dan aturan bahasa. Namun, Bahasa lisan yang sudah ditulis sebenarnya bisa dirapikan menjadi bahasa tulisan yang runtut, hanya butuh satu langkah lagi melalui tahap editing.
Kedua, menulis artikel sesuai dengan misi jurnal. Saat kita menulis artikel, salah satu hal yang harus dipertimbangkan adalah misi jurnal dan gaya selingkungnya. Judul kita harus masuk dalam kluster yang menjadi ruang lingkup jurnal. Misalnya, jurnal hukum Islam, maka kita harus menulis artikel yang berkaitan dengan perkembangan hukum Islam, baik klasik maupun modern.
Ketiga, mencantumkan referensi yang akurat, terkini, dan mengutip jurnal yang dituju. Dalam menulis artikel, argumentasi kita harus kuat dan berdasar pada perkembangan keilmuan aktual yang kita geluti. Â
Umumnya, usia buku dan artikel yang dikutip tidak lebih dari sepuluh tahun, syukur-syukur kalau lima tahun. Nah, salah satu yang sering luput adalah tidak dikutipnya salah satu artikel yang dari jurnal yang dibidik.Â
Dengan mengutip artikel yang dipublikasikan pada jurnal tersebut, pengelola jurnal akan mempertimbangkan artikel kita sekaligus dapat meningkatkan angka pengutipan pada jurnal tersebut.
Keempat, menerjemahkan artikel ke dalam bahasa asing. Ketika kita tidak mampu menulis artikel langsung dalam bahasa asing, kita bisa memulai dengan menulis dalam Bahasa Indonesia. Â
Setelah tulisan selesai, kita dapat menggunakan jasa penerjemahan untuk mengubah bahasa tulisan kita ke bahasa yang kita inginkan. Penerjemah yang baik adalah penerjemah yang mengerti isi tulisan kita. Penerjemah tidak hanya menggunakan tool penerjemahan, namun dapat merangkai kalimat yang isinya mendekati dengan Bahasa aslinya. Sehingga, hasil terjemahan tetap memuat poin-poin penting yang ingin disampaikan penulis.