Mohon tunggu...
SUDARMANTO
SUDARMANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 7 Probolinggo

Merenung sejenak dan sanggup mempertalikan hati dengan alam itu lebih baik dari 1000 tahun hanya untuk mengumpulkan kuliyah dan hujjah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mentari Mendustaiku di Selat Bosphorus

24 Februari 2023   11:35 Diperbarui: 24 Februari 2023   13:37 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa pagi di penghujung Januari itu aku meninggalkan hotel Pullman Istanbul Barat setelah sarapan pagi dengan menyusuri jalanan yang sudah mulai ramai. Dalam sepanjang perjalanan Tuan Cihan Sahinoglu sebagai pemandu wisata menjelaskan seputaran Istanbul dan beberapa tempat yang akan dikunjungi dengan Bahasa Indonesia yang fasih untuk ukuran orang asing. Tuan Cihan Sahinoglu asli orang Turki yang menguasai Bahasa Indonesia, tulisan namanya dalam ejaan Turki Cihan Sahinoglu tetapi aku dengarkan dia mengeja dengan Jihan Zainol dan aku memanggilnya Mr. Jihan terkadang Tuan Jihan.

Bosporus (Bosphorus Strait) adalah salah satu yang diagendakan untuk dikunjungi. Dengan ferry aku bersama rombongan menyusuri selat itu. Waktu itu sudah menunjukkan jam 10.30 waktu Istanbul dan terlihat matahari sudah meninggi dan sinarnya sebagaimana yang dulu menyinari sekujur tubuhku dan akupun merasakan gembira karena sudah empat hari aku tak melihatnya. Tapi di sinilah aku merasakan jika mentari itu mulai tak setia lagi denganku, dia mendustaiku.

Fikiranku mulai bergumam; kenapa dikau tak setia lagi denganku ? Kenapa engkau dustai diriku ?  Apa salahku padamu ? ... dan masih banyak lagi pertanyaanku tentang mentari itu.

Betapa tidak, waktu itu mentari sudah meninggi dan jam sudah hampir tengah hari, tapi kenapa tubuhku masih tetap kedinginan di atas ferry ketika melintasi selat Bosporus itu. Aku sempat menggigil yang semula aku menempati lantai dua (dek atas ferry) untuk menikmati panorama di tepian selat Bosporus yang mempesona itu terpaksa aku harus turun ke lantai bawah untuk menghindari kedinginan. Mentari meninggi tetapi suhu di sana menunjukkan 1 - 3 derajat Celcius.

Ach, ternyata memang beda cuaca di Istanbul dengan di Probolinggo dan beda pula cuaca di selat Bosporus dengan sungai di Kulon Progo, mungkin juga berbeda dengan sungai lainnya yang ada di Indonesia.

Selat Bosporus (Bosphorus Strait) yang memiliki panjang 30 km dan lebarnya antara 750 meter hingga 3.700 serta kedalamannya antara 36 meter sampai 124 meter ini merupakan selat yang memisahkan Turki menjadi dua bagian, yang sebagian berada di Eropa dan yang sebagian lagi berada di Asia. Tetapi selat Bosporus ini juga menghubungkan Laut Marmara dengan Laut Hitam sehingga di selat ini airnya (air laut dari Marmara dan dari laut Hitam) bertemu ban bercumbu yang membuat kian mempesona setiap pengunjungnya. Selat Bosporus juga telah membentuk perpaduan budaya antara Eropa dan Asia.

Selat Bosporus ini yang dipilih oleh Muhammad al-Fatih menjadi salah satu pintu masuk untuk menjebol pertahanan Konstantinopel. Dari sini Muhammad al-Fatih beserta pasukannya melakukan serangan dan menaklukkan Konstantinopel serta mengganti namanya menjadi Istanbul.  

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Sekarang selat Bosporus menjadi salah satu destinasi wisata di Turki karena memang memiliki panorama yang sangat indah, menawan, dan merindukan bagi yang pernah ke sana. Jangankan bagi yang sudah pernah berkunjung ke sana, bagi yang mendengar tentang keindahan Bosporus saja bisa membangkitkan kerinduannya untuk mengunjunginya. Pendek kata, selat Bosporus merupakan salah satu tempat yang tercipta di dunia patut direkomendasikan untuk dikunjungi bagi mereka peminat sejarah, peminat ekonomi, peminat pendidikan, peminat refreshing, peminat travelling bahkan bagi yang sekedar jalan-jalan atau mlaku-mlaku kata arek-arek Surabaya. Dan jalan-jalan atau mlaku-mlaku ke Bosporus itu tidak kalah menarik dengan mlaku-mlaku di Tunjungan Surabaya yang pernah dipopulerkan oleh Mus Mulyadi seorang penyanyi yang ngehit di tahun 70-an itu, cuman bedanya mungkin di Bosporus tidak ada rujak cingur kayak di Surabaya.   

Salam Literasi. Salam Bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun