Dakwah bukan hanya tentang mengajak, tetapi juga bagaimana cara membina dan mencerdaskan individu, keluarga, maupun masyarakat. Di balik seruan kebaikan tersebut, selalu tersimpan perjalanan panjang pencarian makna. Perjalanan yang menuntut untuk sabar, bijaksana dan keteguhan hati dalam menghadapi rintangan.Â
Jejak ini telah dimulai sejak langkah pertama Rasulullah Saw yang menebarkan cahaya Islam di Jazirah Arab hingga melintasi benua-benua. Ketika Rasulullah Saw menyampaikan risalah Islam, dakwah sudah mengandung dimensi filosofis meski saat itu istilahnya bukan filsafat dakwah. Namun, dimensi filosofis telah terlihat pada masa itu. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana Rasulullah berdakwah, dimana setiap seruan beliau bukan hanya mengajak, tetapi juga mendidik, merangkul, dan menumbuhkan kesadaran bagi seluruh pihak yang terlibat dalam proses dakwah.Â
Disitulah filsafat dakwah lahir, dari kebijaksanaan Rasulullah yang memadukan wahyu dan akal, cinta dan logika, sehingga dakwah menjadi ilmu sekaligus seni membimbing manusia menuju kebenaran. Dan hingga saat ini filsafat dakwah terus berkembang dengan berbagai metode, memperluas wawasan, dan menyesuaikan diri sesuai perkembangan zaman.
Dan berikut terdapat beberapa karakteristik Filsafat Dakwah supaya da'i dapat bersikap bijaksana dan terarah ketika berdakwah.
1. Berpikir Radikal : Menyelami hakikat masalah hingga ke akar-akarnya.
2. Universal : Membahas hal-hal yang bersifat umum dan menyeluruh.
3. Konseptual : Menghasilkan gagasan yang sistematis dan terkonsep.
4. Koheren dan Konsisten : Tidak kontradiktif, mengikuti logika yang jelas.
5. Komprehensif : Meliputi berbagai aspek kehidupan.
6. Bebas : Terbuka dari prasangka sosial, kultural, dan religius.
Karakteristik inilah yang nantinya akan menjadi bekal penting agar setiap da’i mampu berdakwah dengan pemikiran yang mendalam, sikap yang terbuka, dan langkah yang terarah. Selain memiliki karakteristik, dalam perkembangannya Filsafat Dakwah juga menemukan beberapa strategi dakwah yang efektif dan efisien untuk menjawab tantangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang dinamis.
Tentunya strategi yang digunakan tidak hanya berfokus pada penyampaian pesan, tetapi juga pada pendekatan media dan metode yang sesuai dengan karakter mad'u. Beberapa strategi tersebut antara lain:
- Startegi Walisanga (Pendekatan Kultural)
Para Walisanga memanfaatkan kesenian, adat istiadat, dan budaya lokal untuk mengenalkan ajaran Islam secara halus dan persuasif. Strategi ini memungkinkan nilai-nilai Islam diterima masyarakat tanpa adanya paksaan, sekaligus menunjukkan pentingnya pemahaman kondisi sosial dan budaya mad’u.
- Pemanfaatan Teknologi dan New Media
Perkembangan teknologi melahirkan strategi dakwah yang memanfaatkan media sosial, platform digital, dan teknologi komunikasi modern. Dakwah dapat disampaikan melalui YouTube, Instagram, TikTok, Spotify, dan berbagai aplikasi interaktif lainnya. Strategi ini memungkinkan pesan dakwah menjangkau audiens global dalam waktu singkat dengan cara yang kreatif, menarik, dan mudah diakses.
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat dipahami bahwa dakwah bukanlah aktivitas yang statis, melainkan dinamis dan selalu berkembang mengikuti arus zaman.
Maka dari itu, Filsafat dakwah hadir sebagai fondasi yang menuntun da’i agar tidak hanya menyampaikan pesan agama, tetapi juga menghadirkan nilai-nilai Islam dengan cara yang bijaksana, relevan, dan menyentuh hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI