Mohon tunggu...
Suci Yasmin Ramdhani
Suci Yasmin Ramdhani Mohon Tunggu... Mahasiswi

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Manajemen Dakwah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Ketuhanan Dalam Al-Qur'an : Kajian al-Baqarah ayat 163 dan 255

26 Mei 2025   19:25 Diperbarui: 26 Mei 2025   19:40 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam mengandung ajaran ketauhidan yang sangat mendalam. Ajaran ini menjadi fondasi utama dan inti dari ajaran Islam, yang akan menjadi dasar keimanan dan pedoman hidup bagi umat Muslim. Pemahaman konsep ketuhanan ini tentu tidak hanya menekankan kekuasaan Tuhan, namun juga mencakup sifat-sifat-Nya yang sempurna, keesaan-Nya, keadilan-Nya, kasih sayang-Nya, serta hubungan-Nya dengan makhluk-Nya.


Dengan memahami konsep tauhid akan menjadikan seseorang berkeyakinan yang kuat akan adanya keesaan Allah Swt., sehingga dapat memperkuat tingkat keimanan dan ketakwaan, meningkatkan kualitas ibadah, serta lebih berhati-hati terhadap hal-hal yang mengandung unsur syirik. Selain aspek spiritual, memahami konsep tauhid akan berdampak pada aspek kehidupan, seperti hubungan sosial, ketenangan jiwa, serta membentuk karakter yang baik. Sebegitu pentingnya konsep tauhid dalam kehidupan kita, bahkan konsep tauhid telah ditanamkan sejak anak usia dini.


Terdapat dua ayat penting dalam menjelaskan konsep tauhid yang mendalam, menjelaskan tentang siapa Allah, dan sifat-sifat-Nya yang sempurna yaitu surat al-Baqarah ayat 163 dan 255. Kedua ayat ini memberikan pemahaman dasar tentang konsep ketuhanan dalam Islam, yakni bahwa Allah Swt., adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, tempat bergantung, Maha Pencipta dan Pemelihara alam semesta.

Dalam surat al-Baqarah ayat 163 menjelaskan tentang keesaan Allah Swt., bahwa Allah Swt., adalah Tuhan Yang Maha Esa , tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Hal ini ditegaskan dalam penggalan وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ (dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia), kata Esa bermakna tunggal, maksudnya Allah Swt., bersifat tunggal dan tidak terbagi-bagi dalam jumlahnya seperti makhluk-Nya. Maka mustahil bagi Allah memiliki sifat ta’addud (tidak berbilang) yang berarti lawan dari sifat wajib Allah yaitu Esa (satu). Yang tercantum dalam surat al-Ikhlas ayat 1-4 sebagai berikut.

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ ۚ ﴿۱﴾ اَللّٰهُ الصَّمَدُ ۚ ﴿۲﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ ۙ ﴿۳﴾ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ(٤)

Artinya : “(1) Katakanlah (Nabi Muhammad), Dialah Allah Yang Maha Esa. (2) Allah tempat meminta segala sesuatu. (3) Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. (4) Serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”

Selain itu, dalam ayat ini juga menekankan sifat Allah Yang Maha Pengasih (ar-Rahman) dan Maha Penyayang (ar-Rahim). Hal ini ditegaskan dalam kata ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), dua sifat tersebut saling berkaitan dan mengandung unsur yang sama, yaitu sama-sama menggambarkan kasih sayang Allah terhadap seluruh makhluk-Nya. Namun, yang membedakan dari kedua sifat tersebut ialah sifat ar-Rahman menggambarkan kasih sayang Allah yang luas terhadap ciptaan-Nya, sedangkan sifat ar-Rahim, menggambarkan kasih sayang Allah yang mendalam dan khusus, terutama terhadap orang-orang mukmin.


Selanjutnya konsep ketuhanan juga dijelaskan secara komperhensif pada surat al-Baqarah ayat 255 atau biasa disebut ayat kursi. Ayat ini dinamakan ayat kursi karena ayat ini menjelaskan tentang kebesaran Allah, kekuasaan Allah, serta sifat-sifat-Nya. Dengan demikian, ayat ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan agung dalam Al-Qur’an. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah :
Rasulullah SAW bersabda, “Di dalam surat al-Baqarah terdapat sebuah ayat yang menjadi kepala bagi seluruh ayat-ayat Al-Qur’an. Ayat itu adalah ayat kursi, jika dibaca di suatu rumah, maka setan akan keluar dari rumah tersebut.”
Dalam ayat kursi terdapat 17 kata nama dan sifat- sifat Allah, hal ini menunjukan bahwa keagungan dan kekuasaan-Nya yang tak dapat disandingkan oleh siapa pun dan tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Dia. Seperti yang digambarkan pada potongan ayat  اَللهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ (Allah, tidak ada Tuhan selain Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (mahluk-Nya)), dalam asma الْحَيُّ Allah memiliki kehidupan yang kekal, abadi dan tidak akan mati. Sedangkan dalam asma الْقَيُّوْمُ Allah senantiasa mengatur, mengawasi dan memelihara ciptaan-Nya tanpa bergantung pada siapapun.


Selanjutnya diperjelas lagi dengan ayat  لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ (tidak mengantuk dan tidak tidur), Allah Swt., tidak mengantuk apalagi tidur karena mengantuk dan tidur merupakan sifat cacat (kurang), padahal Allah lah yang memiliki kesempurnaan secara mutlak. Jadi tidur dan mengantuk mustahil bagi Allah sebab Allah selalu terjaga tidak seperti makhluk-Nya yang tidak dapat menahan rasa kantuk dan tidak dapat menghindari aktivitas tidur selama-lamanya.


Potongan ayat لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ (milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi), segala sesuatu yang ada di alam semesta baik yang ada di langit ataupun yang ada di bumi kepemilikan Allah Swt. Hal ini menujukan adanya kekuasaan Allah yang mutlak atas seluruh alam semesta, baik yang tampak maupun yang tak tampak.


Potongan ayat مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِ (tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya), kalimat ini menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memberi pertolongan (syafaat) tanpa seizin-Nya. Hal ini juga ditegaskan dalam hadis tentang syafaat yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori :
آتي تحت العرش فأخر ساجدا فيدعني ما شاء الله أن يدعني ثم يقال : ارفع رأسك ، وقل تسمع ، واشفع تشفع " قال : " فيحد لي حدا فأدخلهم الجنة
“Aku datang ke bawah Arsy, lalu aku tunduk bersujud. Maka Dia membiarkanku selama waktu yang Dia kehendaki. Kemudian dikatakan “Angkatlah kepalamu, katakanlah perkataanmu maka akan didengar, dan berilah syafaat, dan engkau akan mendapatkan syafaat.” Nabi bersabda :”kemudian Allah memberikan suatu balasan kepadaku, lalu aku memasukan mereka ke dalam surga” (HR. Bukhori dan yang lainnya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun