Mohon tunggu...
Suci Handayani Harjono
Suci Handayani Harjono Mohon Tunggu... penulis dan peneliti -

Ibu dengan 3 anak, suka menulis, sesekali meneliti dan fasilitasi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden Cuci Tangan Atas Pencalonan Kapolri

15 Januari 2015   17:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:05 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421291700628677574

Semalam Presiden Jokowi melakukan jumpa pres di Wisma Negara, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta. Gaya Jokowi yang biasanya lugas, murah senyum, tulus, tenang dan penuh percaya diri, mendadak hilang tadi malam. Saya kehilangan kebiasaan dan sikap Jokowi yang selama ini dilakukan.

Betapa tidak,  tadi malam Jokowi tampil sendirian dengan  sikap  ragu-ragu, gugup, kurang percaya diri, tersenyum hambar dan kelihatan serba salah.

Kenapa sampai sejauh itu? Jokowi harus bersiap untuk mendapatkan mosi tidak percaya dari rakyatnya terutama yang mendukungnya menjadi orang pertama di negri ini.  Langkahnya menyodorkan Komjen Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri  banyak ditentang masyarakat, terlebih saat BG ditetapkan sebagai tersangka.

Semalam Jokowi kelihatan  'tidak mau disalahkan' alias cuci tangan alias melempar kesalahan kepada Kompolnas. Kalimat yang dituturkan tentang proses pencalonan dari tahapan calon yang disodorkan Kompolnas sambil melambaikan selembar kertas (sebagai bukti surat dari Kompolnas), secara tidak langsung presiden tidak mau disalahkan. Ia melakukan pemilihan calon Kalpolri sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan. Pun dia tambahkan selembar surat  dari Kompolnas yang berisi penilaian rekening gendut BG sebagai wal yang wajar. Kedua surat itulah yang membuat presiden memilih satu calon kapolri yang kemudian ditujukan kepada DPR. Jokowi juga melempar tanggung jawab 'kesalahan' saat mengatakan kalau menghormati proses hukum (BG di tetapkan menjadi tsk oleh KPK) dan proses politik yang masih berlangsung di DPR.

Sebagai presiden  yang mempunyai hak prerogatif mengangkat Kapolri seharusnya Jokowi  bisa bersikap bijaksana dalam merespon perkembangan yang terjadi begitu cepat. Sejak awal proses pencalonan BG sudah tidak melibatkan KPK dan PPATK (padahal pada saat penjaringan calon mentri kabarnya BG sudah mendapat tanda merah dari KPK), itu tidak sewajarnya. Saat presiden 'grusa grusu' (terlalu cepat) mengambil keputusan yang ternyata mengundang reaksi keras dari sejumlah masyarakat, mestinya presiden tidak usah canggung segera menarik kembali surat pencalonan kapolri yang terlanjur berada di tangan DPR.  Apalagi saat ini, DPR sudah melakukan uji kelayakan, kemampuan  dan menyatakan BG lolos.

Presiden benar-benar tidak mau dipersalahkan jika rakyat nanti marah karena BG menjadi Kapolri, karena presiden pasif menunggu hasil paripurna DPR. Seakan sudah disiapkan jawaban kalau DPR lah yang telah menyetujui usulan BG. Sikap cuci tangan Jokowi  ini merupakan blunder yang akan menorehkan tinta merah bagi perjalanannya selama menjadi presiden.  Baru seumur jagung menjabat sebagai presiden, langkahnya  hampir dipastikan akan menurunkan kredibilitasnya.


Sebagai presiden yang dipilih rakyat, sudah seharusnya Jokowi tidak lagi tunduk dengan kepentingan politik tertentu  tetapi harus melibatkan hati nuraninya dalam mengambil kebijakan. Danyang penting juga konsisten dengan  janjinya  sesuai dengan program Nawacita yaitu Kami akan memilih Jaksa Agung dan Kapolri yang bersih,  kompeten, anti korupsi,komit dalam penegakan hukum. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun