Mohon tunggu...
Suci Rahmadhani
Suci Rahmadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi IAIN Palopo

Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kelapa Sawit: Komoditas Unggulan Penguat Perekonomian Masyarakat Luwu Timur

10 Juni 2021   05:38 Diperbarui: 10 Juni 2021   06:49 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Suci Rahmadhani (Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam)

Indonesia dikenal sebagai negara agraris, julukan ini bukanlah tanpa alasan. Melainkan disebabkan karena mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian. Hal ini didukung dengan adanya lahan dan tanah yang subur, sehingga sektor pertanian mampu memberikan kontribusinya dalam peningkatan perekonomian bahkan di masa pandemi ini.

Seperti halnya daerah lain, salah satu daerah di Sulawesi Selatan yakni Kabupaten Luwu Timur sangat menyadari akan pentingnya pertanian bagi kemajuan ekonominya. Wilayah dengan luas 6.944,88 km2 atau sekitar 11,14% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan ini menggunakan lahan keringnya seluas 33.487 ha untuk perkebunan. Bahkan, di daerah ini terdapat tiga komoditas pertanian unggulan seperti kelapa sawit, lada, dan kakao.

Luwu Timur merupakan salah satu sentra perkebunan rakyat terbesar di Sulawesi Selatan yang menjadi unggulan daerah dalam rangka penguatan perekonomian masyarakat. Hal ini terbukti dengan tingginya hasil produksi kelapa sawit sebanyak 242.702,02 ton dengan rata-rata hasil mencapai 40,93 ton/ha pada tahun 2016.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa perkebunan merupakan subsector yang paling menjanjikan untuk meningkatkan devisa dan kesejahteraan rakyat. Data BPS mencatat kontribusi sektor perkebunan terhadap perekonomian nasional pada tahun 2018 sebesar Rp 2.192,9 triliun dan menyumbang Rp 106,9 miliar terhadap PDB sektor pertanian yang mencapai Rp 3,7 triliun. Dengan perkembangan seperti itu, tidak heran jika pemerintah daerah sangat mengupayakan peningkatan sektor ini guna menopang perekonomian masyarakat Luwu Timur. Seperti antusiasme pemerintah daerah dan masyarakat dengan dibangunnya pabrik Crude Palm Oil (CPO), pengolahan kelapa sawit berkapasitas 45 ton extand 60 ton di Dusun Latiba, Desa Watampauna, Kecamatan Angkona pada September tahun lalu.

Investasi yang dilakukan PT. Teguh Wira Utama ini meluncurkan dana sebanyak 150-200 miliar untuk membangun pabrik pengolahan kelapa sawit yang melengkapi pabrik lain sebelumnya, yakni pabrik milik PTPN IV di Burau dan PT. BMS. Adapun target pabrik ini adalah menyelesaikan pembangunan dalam jangka waktu 10 bulan dan mengutamakan masyarakat local untuk direkrut sebagai tenaga kerjanya, dengan memberdayakan 80% penduduk local dan sisanya merupakan tenaga ahli. Kehadiran pabrik baru ini tentunya diharapkan mampu memberikan banyak manfaat bagi pembangunan daerah. Baik dalam hal penyerapan tenaga kerja, kontribusinya terhadap tingkat pertumbuhan daerah, serta kestabilan harga kelapa sawit yang kemudian bersama-sama akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Meningkatnya sektor perkebunan, khususnya komoditas kelapa sawit tidak serta merta menjadikan sektor ini bebas dari permasalahan. Hingga tahun ini pun, para petani sawit masih dihadapkan pada permasalahan harga kelapa sawit yang tergolong rendah, yakni hanya mencapai Rp 1.675/TBS. Harga ini sangat rendah jika dibandingkan dengan harga produk yang sama di daerah lain seperti Sulawesi Tengah dan Sumatera. Hal ini disebabkan karena rendahnya rendemen (kadar minyak) pada kelapa sawit, yakni hanya sekitar 17%.

Demi mewujudkan perkembangan sektor perkebunan, pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan berbagai upaya. Seperti mendorong masuknya investor dengan mempermudah perizinan bagi para investor dengan tetap memperhatikan standar keberlanjutan lingkungan. Selain itu, dengan cara menerapkan inovasi teknologi dan penyediaan bibit unggul, guna menghasilkan produk yang lebih berkualitas dengan kadar rendemen yang lebih tinggi. Sehingga, permasalahan harga dapat diatasi, komoditas ekspor komoditas perkebunan meningkat, dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

Tentunya diperlukan sinergitas antar pihak yang terlibat dan pemimpin yang mampu mencermati, menghayati, dan mengawasi setiap program dan kegiatan di lapangan. Hal ini agar tujuan dari segala kebijakan dan program dapat berjalan sebagaimana mestinya serta terwujudnya kesejahteraan petani sawit pada khususnya dan masyarakat Luwu Timur pada umumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun