Mohon tunggu...
PPI TIONGKOK
PPI TIONGKOK Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Pergerakan Millenials Indonesia di Hari Kelahiran Pancasila

7 Juni 2018   14:36 Diperbarui: 7 Juni 2018   14:49 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(pustakadigitalindonesia.blogspot.com)

Oleh: Fadlan Muzakki

Tepat 73 tahun lalu pada 1 Juni Pancasila lahir dari judul pidato yang disampaikan Bung Karno pada sidang Dokuritsu Junbii Chsakai  atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan Sidang Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan  (BPUPK). 

Pancasila atau yang semulanya dinamai "Panduan Sila Yang Lima" merupakan sebuah gagasan bernegara yang disampaikan oleh Bung Karno di rangkaian terakhir pada sidang resmi BPUPKI yang pada saat itu dilaksankan di gedung "Chuo Sangi In" yang sekarang ini lebih dikenal dengan Gedung Pancasila di Pejambon Jakarta.

Sejak saat itu, Pancasila menjadi pedoman berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Pengamalan Pancasila Millenials Dahulu dan Kini

Pengamalan Pancasila dahulu dan kini telah mengalami pergeseran nilai jika kita lihat dari sikap pengamalan millenials Indonesia dulu dan kini. Sebagai kaum millenials, kita perlu mengambil contoh dari perilaku saling membantu pada kisah Prawoto Mangkusasmito (Tokoh Partai Masyumi dan Muhamadiyah) yang pernah menjadi Wakil Perdana Menteri (2 April 1952 -- 31 Juli 1953). 

Hidup Prawoto yang sederhana membuat dirinya belum memiliki rumah hingga akhir dekade tahun 1950-an. Oleh karena itu, Kasimo (Ketua Partai Katolik) berinisiatif untuk membantu membeli rumah yang sudah enam tahun disewa oleh Prawoto. 

Walaupun berbeda pandangan politik yang tajam menyangkut Dasar Negara di Konstituante dan juga perbedaan agama, hal tersebut tidak melunturkan niat Kasimo untuk saling membantu. Hal ini menunjukan pengamalan sila pertama dan rasa toleransi yang tinggi pada kedua tokoh tersebut. 

Contoh lain yang dapat kita teladani adalah peristiwa Sumpah Pemuda sebagai asal mula pengamalan sila ketiga. Sumpah Pemuda adalah tonggak penting dalam menumbuhkan persatuan dalam keberagaman. Berbagai organisasi pemuda berbasis etnis keagamaan berkumpul jadi satu seperti Jong Java, Ambon, Celebes, Batak, Sumatranenbon dan lain sebagainya termasuk Perhimpunan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI). 

Selain itu juga hadir beberapa pemuda Tionghoa seperti Oey Kay Siang, Tjio Djien Kwie, dan Kwee Thiam Hong. Semangat persatuan dan keberagaman yang ada dalam Sumpah Pemuda ini juga menjadi rumusan Bung Karno saat menyampaikan gagasannya di siding BPUPK.

Kondisi yang ada pada pergerakaan millenials saat ini adalah berlomba-lomba untuk mencapai kepentingan organisasi, kelompok, dan golongan masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun