Di Indonesia, masalah gizi masih menjadi hambatan utama dalam pengembangan kesehatan masyarakat, terutama bagi remaja. Salah satu masalah gizi yang paling sering dibahas adalah defisiensi anemia besi. Karena kebutuhan zat besi meningkat seiring waktu dan adanya kehilangan darah selama menstruasi, remaja putri merupakan kelompok yang paling rentan terhadap kondisi ini. Â Anemia pada remaja putri tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik mereka tetapi juga kemampuan belajar, produktivitas, dan bahkan dapat menurunkan kualitas generasi berikutnya.
Menurut data nasional, prevalensi anemia pada remaja putri masih sangat tinggi. Menurut sebuah studi yang dilakukan di Jatinangor, 21,1% remaja putri menderita anemia defisiensi besi, yang terkait dengan kadar hemoglobin di bawah normal sebesar 10,75 g/Dl (Sari et al., 2022). Menurut studi yang dilakukan di Jakarta, prevalensi kekurangan zat besi tanpa anemia lebih tinggi daripada prevalensi anemia itu sendiri, yaitu 17,2 persen dibandingkan 13,5 persen (Sumarlan et al., 2018).Temuan ini menunjukkan bahwa remaja yang tidak menunjukkan gejala anemia tetap mengalami kekurangan zat besi, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan jangka panjang jika dibiarkan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah telah menerapkan program suplementasi tablet tambah darah untuk remaja putri. Namun, konsumsi TTD seringkali rendah karena banyak faktor, termasuk efek sampingnya, seperti mual dan sembelit, dan faktor lain, seperti tidak adanya tingkat minimum produk dalam pembelian jangka panjang. Oleh karena itu, perlunya intervensi inovatif yang fungsional berbasis pangan yang lebih
Daun kelor merupakan salah satu tanaman tropis paling populer di Indonesia dan dikenal sebagai "pohon ajaib" karena kandungan gizinya yang melimpah. Menurut Masitlha et al. (2024), kandungan zat besi dalam satu kilogram daun kelor kering berkisar antara 5,18 hingga 14,10 mg/100 g. Lingkungan, varietas, dan teknik pengolahan semuanya mempengaruhi variasi kandungan besi. Penelitian yang dilakukan di Baubau, Sulawesi Tenggara, menunjukkan bahwa kelor varietas rendah memiliki kandungan besi yang lebih tinggi (6,28 mg/100 g) dibandingkan dengan varietas yang berasal dari dataran tinggi (3,86 mg/100 g) (Hamzah & Yusuf, 2019).
Selain besi, daun kelor mengandung jumlah protein, vitamin C, vitamin A, dan kalium yang signifikan. Vitamin C sangat penting bagi kesehatan karena dapat meningkatkan kadar zat non-heme dalam tubuh. Namun, daun kelor juga mengandung zat-zat yang membantu penyerapan, seperti oksalat, fitat, dan polifenol. Senyawa-senyawa ini dapat mengurangi jumlah zat gizi yang tersedia, sehingga meskipun jumlah totalnya tinggi, tidak semuanya dapat digunakan oleh tubuh. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan prosedur pengolahan yang tepat, seperti blanching atau fermentasi, untuk mengurangi kadar antinutrien yang disebutkan di atas (Leone et al., 2015).
Metode pengeringan juga mempengaruhi kandungan zat gizi dalam daun kelor. Â Menurut Singh dkk. (2020), pengeringan menggunakan metode teduh dapat meningkatkan kandungan zat hingga 16,54 mg/100 g, sementara penggunaan metode sinar matahari menghasilkan kandungan zat yang lebih rendah. Oleh karena itu, pengolahan yang hati-hati dapat digunakan sebagai cara untuk memproduksi produk olahan kelor yang tetap bernilai tinggi.
Minuman serbuk instan merupakan salah satu produk pangan praktis yang mudah dikonsumsi dan memiliki masa simpan yang lama. Dengan mengubah kelor menjadi bentuk instan, remaja putri dapat dengan mudah mengonsumsi zat besi tanpa harus mengonsumsi kelor secara perlahan, yang mungkin tidak sedap karena baunya dan rasanya.
Ada beberapa aspek penting dalam pengembangan produk ini yang harus dipertimbangkan. Pemilihan bahan baku adalah langkah pertama. Kelor terbaik yang digunakan berasal dari tanaman yang tumbuh di lingkungan optimal, sesuai dengan kondisi saat ini, dan segera dibersihkan setelah panen untuk mencegah penurunan kualitas. Kedua, proses pengeringan dan penggilingan. Untuk meningkatkan kandungan gizi, disarankan menggunakan pengering tray atau pengering teduh pada suhu rendah. Setelah itu, daun kering diperlukan agar lebih mudah bergerak di udara. Yang ketiga adalah formula produk. Kelor dapat digunakan bersama dengan bahan lain yang mengandung vitamin C, seperti lemon atau ekstrak jeruk, untuk meningkatkan rasa sekaligus ketersediaan zat besi. Penambahan pemanis alami juga dapat membantu meningkatkan kualitas produk dan membuatnya lebih ramah bagi remaja. Uji keempat organoleptik. Produk harus dievaluasi menggunakan evaluasi sensorik untuk menentukan kualitasnya dalam hal aroma, rasa, tekstur, dan peringatan.
Hasil penelitian (Saha et al., 2022)yang mengembangkan bubur instan dengan tambahan daun kelor menunjukkan bahwa produk ini dapat menyediakan sekitar 5-6 mg zat besi per 100 g. Jika konsep serupa diterapkan dalam bentuk minuman instan, produk dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan zat besi remaja putri yang rata-rata mencapai 15 mg/hari.
Pengembangan minuman serbuk instan daun kelor memiliki beberapa tantangan, seperti ketersediaan hayati zat non-heme yang harus dikombinasikan dengan vitamin C atau zat lain, masalah sensorik seperti tanda-tanda pekat dan khas yang dapat mengurangi sensitivitas konsumen sehingga memerlukan perisa buah, pemanis alami, dan kemasan menarik, serta pertimbangan jangka panjang yang mencakup bahan baku yang stabil, teknologi sederhana, harga terjangkau, dan kerja sama dari pemerintah atau industri pangan.
Jika dikonsumsi secara teratur, minuman serbuk instan berbahan dasar daun kelor dapat membantu meningkatkan kadar hemoglobin dan ferritin pada remaja putri. Akibatnya, prevalensi anemia defisiensi besi dapat diturunkan secara signifikan. Produk ini juga berpotensi menjadi alternatif program suplementasi zat besi yang saat ini berbasis obat-obatan, sehingga manfaat yang diperoleh remaja akan lebih signifikan. Selain itu, pengembangan produk ini juga meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal. Daun kelor yang mudah diolah di tempat kerja dapat digunakan sebagai bahan bangunan bernilai tinggi. Dengan demikian, selain meningkatkan gizi, produk ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan industri pangan berbasis lokal.