Mohon tunggu...
Yulia Stia Ningsih
Yulia Stia Ningsih Mohon Tunggu... Freelancer

Ibu dari 3 anak. Womenpreneur - UMKM

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Saat Mimpi dan Realita Bertemu di Meja Dapur

10 Agustus 2025   10:30 Diperbarui: 12 Agustus 2025   14:02 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ibu muslimah tengah mengelola usaha kecil dari rumah, memanfaatkan teknologi digital untuk memasarkan produknya secara online. Sumber: AI

Tidak semua perempuan memulai bisnis dari ruang rapat megah. Sebagian justru memulainya di sudut rumah yang sederhana, di antara tumpukan cucian dan aroma masakan. Banyak ibu di Indonesia yang memutuskan menjadi womenpreneur bukan hanya karena ingin menambah penghasilan, tetapi juga karena ingin mengasah potensi diri sambil tetap mendampingi keluarga.

Di era digital seperti sekarang, perjalanan dari rumah menuju pasar online semakin terbuka lebar. Tantangan memang ada, tetapi peluang juga membentang luas. Perjalanan ini tidak hanya mengubah kondisi ekonomi, tetapi juga cara pandang terhadap peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat.

1. Awal Mula Mimpi Seorang Ibu

Bagi banyak ibu, mimpi untuk memiliki usaha sering berawal dari keterampilan yang sudah dimiliki. Ada yang jago membuat kue, pandai merangkai bunga, atau gemar menjahit. Dari sana, muncul ide sederhana: mengubah hobi menjadi penghasilan.

Tahap awal ini biasanya penuh rasa ragu. Apakah ada yang mau membeli? Apakah sanggup mengelola usaha sambil mengurus keluarga? Namun, ketika satu atau dua pesanan datang, rasa percaya diri mulai tumbuh. Banyak ibu kemudian mulai membangun pelaku UMKM perempuan yang kuat dari rumah sendiri.

Keunikan perjalanan ini adalah bagaimana mereka menjadikan setiap sudut rumah sebagai "kantor" pertama. Dapur untuk produksi, ruang tamu sebagai etalase, dan halaman depan menjadi tempat menerima pelanggan. Tidak ada batasan antara rumah dan usaha---semuanya mengalir menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

2. Tantangan Menjadi Ibu Womenpreneur

Menjalani dua peran sekaligus---ibu rumah tangga dan pebisnis---tidak selalu mulus. Tantangan pertama adalah manajemen waktu ibu rumah tangga. Sering kali, jam produksi tertunda karena anak sakit, pekerjaan rumah menumpuk, atau ada urusan mendadak.

Tantangan lain adalah keterbatasan modal dan peralatan. Tidak semua ibu memiliki mesin produksi atau stok bahan melimpah. Mereka harus kreatif memanfaatkan yang ada, misalnya meminjam alat dari kerabat atau memulai dengan jumlah produksi kecil.

Selain itu, dukungan dari lingkungan juga menjadi faktor penting. Sayangnya, masih ada yang memandang sebelah mata usaha rumahan, menganggapnya hanya sebagai kegiatan sampingan. Padahal, dari usaha kecil inilah banyak kisah sukses besar dimulai.

3. Transformasi Digital: Dari Luring ke Daring

Dulu, pemasaran dilakukan dari mulut ke mulut, lewat tetangga atau arisan. Namun kini, transformasi digital memungkinkan ibu womenpreneur menjangkau pasar yang jauh lebih luas. Media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok menjadi "etalase online" yang bekerja 24 jam.

Pindah dari penjualan offline ke online memang membutuhkan adaptasi. Tidak hanya soal membuat akun media sosial, tetapi juga mempelajari teknik foto produk, penulisan deskripsi, dan memahami algoritma platform. Banyak ibu yang awalnya tidak akrab dengan teknologi, kini mahir menggunakan fitur live streaming untuk mempromosikan produknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun