Mohon tunggu...
Rakha Stevhira
Rakha Stevhira Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan fakultas ushuluddin jurusan akidah dan filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir

Peminat kajian sufistik dan pemikiran islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyegarkan Kembali Makna dan Misi Islam yang Sesungguhnya

22 Agustus 2019   05:44 Diperbarui: 22 Agustus 2019   06:14 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pergeseran makna Islam 

 Teringat perkataan dari K.H Husein Muhammad ketika menjelaskan makna Islam yang menurut saya sangat dalam akan makna dan sangat jarang sekali di kemukakan oleh pemikir-pemikir Islam lain nya. Ulama kharismatik yang beberapa kali kerap memberikan gagasan-gagasan progresif nya ini mangatakan bahwa makna Islam yang sesungguhnya telah mengalami beberapa pergeseran dari yang awalnya adalah sebuah pengidentifikasian suatu perilaku menjadi sebuah identitas sosial dalam sebuah komunitas tertentu, menurutnya ini terjadi Karna proses sejarah yang panjang tentang permusuhan yang kerap terjadi antara umat muslim dengan umat yang berseberangan dengannya yaitu umat yang katanya sering disebut sebagai orang-orang kafir.

 Kemudian berkembanglah atas pengukuhan makna tersebut dengan melawan mereka yang berseberangan dengannya yang katanya masih disebut sebagai orang-orang kafir. Kafir sesungguhnya sebuah identifikasi perilaku yang menutup akan suatu kebenaran bukan sebuah pengindentifikasian suatu kelompok atau komunitas tertentu. Perilaku kafir yang menutup akan kebenaran ini beberapa kali kerap disebutkan oleh mayoritas ulama-ulama dalam menghukumi seorang muslim manakala dia melakukan perbuatan yang berada di luar ketaatannya (secara akidah, syariat atau akhlak).

 Sebelum lebih jauh perlunya kita bisa membedakan antara Islam dengan agama Islam dan muslim itu sendiri.

 Dalam khazanah keilmuan Arab yang selalu menjadi perhatian menarik adalah sebuah komtemplasi yang unik bahwa terdapat satu istilah dalam perbendaharaan kata yang memiliki dua pendefinisian yang sangat berbeda. Contohnya seperti shalat yang memiliki dua sudut pandang pendifinisian. Pertama dalam sudut pandang etimonologi makna nya adalah ad du'a, dan yang kedua dalam sudut pandang terminologi bermakna aqwal wa af'al muftatahah bi at takbir wa mukhtatamah bi as salam.

 Maka begitu pula makna Islam dalam pendefinisian nya memiliki dua makna yang berbeda.

 Secara etimologi bahasa Arab, Islam memiliki makna berserah diri. Maka dari itu banyak sekali teks Al-Qur'an yang menjelaskan bagaimana kondisi spiritual nabi-nabi terdahulu dari sebelum Nabi Muhammad SAW sampai Nabi Adam AS, dalam berbagai redaksinya Al-Qur'an selalu menegaskan dengan bunyi yang sama "wa nahnu lahu al muslimun" .
Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas bahwa makna dari Islam sejatinya adalah identifikasi sebuah perilaku, dan karna sebuah kepasrahan adalah perilaku maka bisa disebutkan seseorang yang berserah diri kepada Tuhan itu adalah Islam.

 Islam dalam makna lain adalah "al khudu' wa al inqiyad bima ja'a bihi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam."
Dalam pengertian ini agaknya kita bisa lebih menyadari bahwa Islam disini memiliki makna yang lebih parsial di bandingkan makna Islam yang pertama. Karna dalam kondisi ini komponen-komponen dari sebuah pengidentifikasian prilaku tersebut telah Rasul kumpulkan dan kemudian di susunnya lah  menjadi sebuah agama yang dengan nya manusia berkendara secara spiritualitas untuk sampai menuju Tuhan nya. Maka makna tersebut adalah buah dari sudut pandang perbendaharaan kata secara terminologi, dan tentu orang yang berkendara dalam sebuah kendaraan Islam ini disebut sebagai seorang muslim.

 Dari beberapa gagasan di atas mungkin kita bisa mendapatkan beberapa kesimpulan bahwa makna dari Islam dan kafir itu bisa lebih tepat jika kita artikan sebagai sebuah pengindetifikasi dari perilaku seseorang yang sama-sama memiliki potensi untuk dilakukan oleh semua kalangan. Pun, itu mereka yang muslim dan non muslim kedua memilik potensi dan tendensi yang sama dalam melakukan kedua perilaku tersebut.

 Seorang muslim bisa di katakan kafir manakala dalam keadaan nya dia keluar dari koridor-koridor ketaatan kepada Tuhan. Seperti contoh salah satu nya ketika kita meninggalkan kewajiban kita yaitu shalat, dalam kasus ini mayoritas ulama fiqih menghukumi perbuatan nya sebagai kufur ni'mah yaitu sebuah pengindentifikasian atas suatu perilaku yang kufur atau menutup diri dari nikmat yang telah Tuhan berikan kepadanya.
Sebaliknya pula bahwa seorang non muslim bisa dikatakan perilakunya sudah islamis atau mencerminkan perilaku umat beragama Islam manakala dalam kondisi nya dia melakukan perbuatan yang baik-baik.
Maka ketika Rasul ditanya apakah Islam yang paling baik? Rasul menjawab: ath'imu at tha'am wa afsu as salam.
Sangat jelas dari jawaban tersebut bahwa sebaik baik nya islam adalah memberi makan kepada orang lain dan menyebarkan perdamaian, dua buah perilaku yang menjadi titik tumpu atas penjustifikasian seseorang apakah dia sudah melakukan  perbuatan baik atau tidak.

Pergeseran misi Islam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun