Mohon tunggu...
Rakha Stevhira
Rakha Stevhira Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan fakultas ushuluddin jurusan akidah dan filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir

Peminat kajian sufistik dan pemikiran islam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Shalat Itu Penting, tapi Bukan Itu yang Paling Penting

19 Agustus 2019   01:50 Diperbarui: 22 Agustus 2019   04:41 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah kesan yang tidak akan saya lupakan ketika kali pertama mengikuti pengajian alhikam li ibni ‘athaillah bersama almarhum dan almagfhur Syeikh Sholah Nashor.

Beliau membacakan bait Hikam yang berbunyi “min 'alamat al i'timad fi al 'amal nuqshan ar raja' 'inda wujud az zilal

bahwa sesungguhnya tanda dari seseorang yang menggantungkan segalanya terhadap apa yang dia perbuat maka pasti dia akan  cenderung pesimis atau kurang harapan ketika jatuh dalam sebuah kegagalan.


 Selaras kemudian beliau membacakan sebuah hadist nabi SAW :

"Tidak akan salah satupun dari kalian masuk kedalam surga atas amal perbuatan kalian." Sahabat bertanya: "Apakah kaupun begitu wahai Rasulullah?" Rasul menjawab "ya, akupun begitu"

Rasul menegaskan bahwa sekali kali kalian tidak akan pernah masuk ke dalam surga atas amal dan perbuatan kalian. Kemudian sahabat bertanya "apakah kau(rasul) juga begitu?" Rasul menjawab "ya, akupun begitu"

 Benar adanya atas pernyataan bahwa sesungguhnya Rasul pun sekali-kali tidak memiliki jaminan masuk surga, maka ketika Prof. Quraish Shihab mengatakan dalam salah satu ceramahnya bahwa sekali-kali Rasul pun tidak dijamin Tuhan masuk surga, itu sudah sesuai dengan dalil yang di sampaikan di atas, kemudian beliau menambahkan bahwa memasukan hamba-Nya kedalam surga adalah hak prerogatif nya Tuhan itu sendiri.

 Walaupun dalam perihal jaminan surga atas Rasul ini terdapat dalil agama yang agaknya bertentangan satu sama lain.
 Dalam hal ini hemat saya adalah sebuah kepercayaan bahwa Rasul memang sudah dijanjikan Tuhan atas surga, terlepas itu menjadi hak prerogatif atau tidak
atau tentang dalil agama yang saling bertentangan satu sama lain,
tetapi yang pasti dalam hal ini bukan berarti atas jaminannya masuk surga tersebut lantas Rasul pun tidak dibebankan amal syariah yang telah Tuhan tetapkan. Rasul mengerjakan itu, karna disamping agar dapat menjadi teladan bagi umat nya tentu yang paling penting adalah untuk menggapai rahmat dan ridho Tuhan.

 Dalam buku "Menjadi Manusia Rohani" karya Ulil Abshar Abdalla beliau menjelaskan bait Hikam dengan bunyi yang sama dengan apa yang saya kutip dari apa yang di bacakan oleh Syekh Sholah Nashor sebelumnya bahwa sederhananya Imam Ibnu 'athaillah hanya ingin menegaskan jika setiap hasil atas apa yang seorang hamba dapatkan tidaklah sekali-kali akan tercapai kecuali disana terdapat campur tangan Tuhan. Sangat kompleks sekali bukan? jika perbuatan duniawi saja kita harus melibatkan Tuhan dalam mengharapkan ridho nya apalagi dalam perbuatan yang bersifat ukhrawi (akhirat) ?

 Maka beliau menyebutkan bahwa ada 3 jenis amal atau perbuatan dalam agama : amal syariah, amal thariqah, dan amal haqiqah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun