Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksposisi 1 Korintus 13:4-7 (Bagian 4)

7 Mei 2018   11:10 Diperbarui: 20 Juli 2018   22:39 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam artikel sebelumnya kita sudah belajar bahwa sebagian karakteristik kasih di 13:4-7 merupakan modifikasi Paulus dari sumber-sumber lain. Ia memberi nuansa kekristenan yang kental untuk tiap karakteristik. Ia mengaitkannya dengan situasi spesifik dalam jemaat Korintus. Ia pun menunjukkan bagaimana ia sendiri telah belajar untuk mempraktikkan tiap karakteristik.

Hari ini kita sampai pada ayat 7. Dari teks Yunani terlihat dengan jelas bagaimana ayat ini merupakan satu kesatuan. Empat baris dalam ayat ini membentuk kesejajaran (paralelisme). Tiap baris sama-sama dimulai dengan kata “panta” dan diikuti oleh kata kerja dengan akhiran “ei”. Lebih jauh, ayat ini memperlihatkan sebuah struktur chiasme: baris pertama dan keempat berbicara tentang hal yang hampir sama, sedangkan baris kedua dan ketiga tentang dua hal terbesar dalam kekristenan selain kasih (iman dan pengharapan, 13:13).

Kasih itu selalu menanggung (panta stegei)

Terjemahan LAI:TB “menutupi segala sesuatu” sering menimbulkan kebingungan. Apa arti dari frasa ini? Apakah kita boleh berbohong demi kasih? Tentu saja tidak. Apakah kita harus menutupi kesalahan orang lain atas nama kasih? Tentu juga tidak. Kalau begitu, apa arti “panta stegei” di ayat 7a?

Kata kerja “stegei” (dari kata dasar “stego”) bisa mengandung arti “menutupi” atau “menanggung/menahan”. Berdasarkan pemunculan kata ini dalam Perjanjian Baru – yang semuanya terdapat dalam tulisan Paulus (9:12; 13:7; 1Tes. 3:1, 5) – kita sebaiknya memilih arti yang kedua (kontra LAI:TB/NIV). Di 9:12 Paulus memilih untuk menanggung (stego) segala sesuatu yang tidak menyenangkan (tidak menerima tunjangan dan bahkan bekerja keras dengan tangannya sendiri, 9:6) daripada menerima tunjangan dari jemaat Korintus tetapi efektivitas pemberitaan injil menjadi terhambat. Semua ini ia lakukan karena ia mengasihi mereka. Di 1 Tesalonika 3:1-5, kasih Paulus kepada jemaat justru membuat dia tidak dapat tahan (stego) untuk segera mengetahui keadaan mereka dan menguatkan mereka. Ia pun memutuskan untuk mengirim Timotius ke sana sembari ia sendiri menunggu kesempatan berkunjung ke sana (1Tes. 2:17-18; 3:2). Jadi, “stego” memang lebih tepat diterjemahkan “menanggung” atau “menahan”.

Kata “panta” dalam frasa “panta stegei” bisa berfungsi sebagai objek dan diterjemahkan “segala sesuatu” (NET/KJV/RSV), tetapi juga bisa berfungsi sebagai kata keterangan dengan arti “selalu” (NIV). Alternatif pertama menekankan cakupan yang ditanggung oleh kasih (kasih menanggung segala sesuatu), sedangkan yang kedua lebih pada konsistensi dalam menanggung (kasih selalu menanggung). Di antara dua pilihan ini, yang terakhir lebih tepat. Kasih tidak menanggung segala sesuatu. Paulus pun tidak dapat menanggung kerinduan dalam dirinya terhadap jemaat Tesalonika dan tidak tahan melihat mereka dalam bahaya. Tidak semua ditanggung oleh kasih. Hanya hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain yang ditanggung. Artinya, demi kebaikan orang lain, kita harus rela menanggung apapun juga. Itulah kasih.

Pada saat kita menanggung sesuatu untuk kebaikan orang lain, kita harus melakukannya secara konsisten (selalu menanggung). Konsistensi ini seringkali sulit kita pertahankan. Situasi yang berubah maupun respons orang lain yang negatif terhadap kita tidak jarang melemahkan kerelaan kita untuk menanggung sesuatu baginya.

Kasih itu selalu percaya (panta pisteuei)

Karakteristik ini tidak berarti bahwa kasih secara sembarangan dan tanpa hikmat mempercayai semua orang dan segala ucapan. Sebagian orang tidak dapat dipercaya. Banyak ucapan juga mengandung kebohongan dan ketidaktulusan. Jadi, apakah arti “panta pisteuei” di ayat ini?

Sebagaimana kita sudah singgung di poin sebelumnya, kata “panta” di ayat 7 tidak berfungsi sebagai objek, melainkan kata keterangan. Dengan demikian frasa “panta pisteuei” seharusnya diterjemahkan “selalu percaya”. Kepada siapakah kepercayaan ini ditujukan: Allah atau orang lain?

Beberapa pertimbangan mengarahkan kita untuk mengambil Allah sebagai objek. Kata benda “percaya” (pistis) sudah muncul di 13:2 dan merujuk pada iman kepada Allah. Di samping itu, dalam tulisan Paulus yang lain, iman dan kasih beberapa kali muncul bersamaan, dan iman di sana merujuk pada iman kepada Tuhan (Ef. 1:15//Kol. 1:4 “tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu kepada semua orang kudus”; 1Tes. 1:3 “pekerjaan imanmu dan usaha kasihmu”; 2 Tes. 1:3 “imanmu makin bertambah dan kasihmu satu dengan yang lain makin kuat”; Fil. 5 “kasihmu kepada semua orang kudus dan imanmu kepada Tuhan Yesus”). Jadi, kasih itu selalu percaya atau beriman kepada Tuhan, bukan kepada sesuatu atau seseorang. Kasih selalu percaya kepada Ia yang memanggil kita untuk mengasihi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun