Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksposisi 1 Korintus 12:7-11 (Bagian 3)

15 April 2018   07:57 Diperbarui: 29 Juli 2018   22:17 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sudah membahas tentang konsep yang benar tentang karunia-karunia roh dan pengertian dari karunia perkataan hikmat dan pengetahuan. Hari ini kita akan mempelajari lima karunia sekaligus, dari iman sampai pembedaan berbagai roh. Pengaturan pembahasan seperti ini memang sesuai dengan cara Paulus memaparkan sembilan karunia roh. Ia menyendirikan dua karunia yang pertama (perkataan hikmat dan pengetahuan), mengelompokkan iman sampai pembedaan beragam roh, dan yang terakhir adalah karunia roh beserta penafsirannya.

Tidak ada penjelasan yang konklusif di balik pengelompokan seperti ini. Sebagian besar menduga bahwa kelompok 1 dan 3 sengaja disendirikan karena paling relevan dengan situasi jemaat Korintus. Mereka sangat mengagungkan hikmat dan pengetahuan (1:5) dan menganggap diri berhikmat (3:18-20). Mereka juga sangat mengidolakan karunia bahasa roh, seperti terlihat dari cara Paulus mengkritik penggunaan karunia ini di pasal 14.

Karunia iman

Iman yang sedang dibicarakan Paulus di sini bukanlah iman keselamatan seperti dalam Yoh. 3:16 atau Roma 5:1 (salvific faith/initial faith). Iman keselamatan dikaruniakan kepada setiap orang percaya, sedangkan karunia iman diberikan hanya pada orang-orang tertentu saja (“kepada yang seorang”), sesuai dengan yang dikehendaki oleh Roh Kudus. Karunia iman juga bukan merujuk pada pertumbuhan iman. Iman yang progresif ini ditumbuhkan melalui ujian dan keintiman relasi dengan Allah (Yak. 1:2-4; Gal. 5:22 pistis = kesetiaan), sedangkan karunia iman merupakan pemberian dari Roh Kudus secara langsung.

“Iman” dalam konteks karunia roh sebaiknya dipahami sebagai sebuah keyakinan supranatural bahwa Allah akan menyatakan kuasa dan kemurahan-Nya dalam cara yang khusus dan situasi yang khusus. Ada beberapa poin penting yang tersirat dari definisi ini. Pertama, keyakinan ini bersifat supranatural, bukan upaya sugesti diri yang emosional, baik melalui visualisasi, kekuatan pikiran, maupun perkataan positif. Keyakinan ini berasal dari Roh Kudus, bukan hasil usaha manusia, baik diri sendiri maupun dari pendeta.

Kedua, sama seperti jenis karunia roh yang lain, keyakinan supranatural ini tidak dimiliki secara permanen. Ini hanya diberikan pada situasi tertentu. Kita tidak boleh secara gegabah mencobai Tuhan untuk melakukan hal-hal ajaib pada situasi tertentu tanpa kepekaan bahwa Allah memang ingin menunjukkan kuasa-Nya.

Ketiga, apa yang diimani berkaitan dengan hal-hal yang ajaib. Di 12:9-10 karunia ini dijadikan pendahuluan bagi karunia kesembuhan dan mukjizat. Di samping itu, di 13:2 karunia iman juga dihubungkan dengan memindahkan gunung.

Karunia kesembuhan

Penambahan kata “karunia” secara khusus di depan kata “kesembuhan” mungkin dimaksudkan untuk membedakannya dari kesembuhan secara medis. Walaupun Allah dapat menggunakan cara medis untuk menyembuhkan kita, namun bukan kesembuhan semacam itu yang sedang dibicarakan Paulus di sini. Kesembuhan ini juga bukan perubahan gejala psikosomatis (ketidaktenangan pikiran yang membawa dampak negatif pada tubuh), misalnya hilangnya rasa mual dan pening sebelum ujian atau wawancara, atau hilangnya rasa sakit perut pada saat seseorang naik ke mimbar. Semua ini memang dapat hilang dengan sendirinya melalui penenangan pikiran, pengaturan situasi yang tepat, atau trik-trik lain yang bertujuan untuk menghilangkan kegugupan dan ketakutan.

Sama seperti jenis karunia Roh yang lain, karunia kesembuhan sebaiknya dipahami sebagai demonstrasi kuasa ilahi melalui orang tertentu dan pada orang sakit yang tertentu pada situasi tertentu dan untuk tujuan yang tertentu pula. Bentuk jamak “kesembuhan-kesembuhan” menunjukkan bahwa setiap kesembuhan yang terjadi merupakan hasil dari karunia Roh. Dengan kata lain, tidak ada seorang pun yang berhak mengklaim bahwa ia memiliki karunia kesembuhan itu dan berhak menggunakannya kapan pun ia mau. Seandainya kesembuhan dapat terjadi kapan pun kita mau, orang-orang Kristen di Korintus yang pernah menerima karunia ini mungkin akan mengadakan gerakan kesembuhan (healing movement) atau perayaan kesembuhan (healing festival) sebagai tandingan dari ritual serupa di kuil Asclepieum.

Penjelasan ini selaras dengan keadaan pelayanan Paulus. Siapa yang berani menyangkal atau meragukan bahwa Paulus pernah diberi karunia kesembuhan? Pelayanannya disertai dengan berbagai tanda ajaib (2Kor. 12:12), termasuk beragam kesembuhan ilahi yang luar biasa (Kis. 14:8-10; 19:11-12; 20:7-11). Apakah ini berarti bahwa Paulus selalu menyembuhkan orang kapan pun ia mau? Tentu saja tidak. Epafroditus malah jatuh sakit sampai nyaris mati (Flp. 2:27) pada saat Paulus berada dalam penjara dan dilayani olehnya. Walaupun pada akhirnya Epafroditus disembuhkan Tuhan, tetapi tersirat bahwa kondisi sakit yang ia alami telah berjalan cukup lama, sehingga jemaat Filipi akhirnya mendengar kabar tersebut. Lebih jelas lagi adalah ucapan Paulus di 2 Timotius 4:20, tatkala ia harus meninggalkan Trofimus “dalam keadaan sakit”. Selain itu, pada saat Timotius mengalami gangguan pencernaan, Paulus memberikan nasihat praktis yang secara medis waktu itu memang tepat, yaitu menambahkan sedikit anggur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun