Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesempatan Bertobat setelah Kematian

8 April 2018   08:42 Diperbarui: 8 Agustus 2018   00:11 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua hal yang sama dari ajaran berbagai agama yang ada adalah keyakinan bahwa kematian bukanlah akhir dari segala-galanya (ada kehidupan setelah kematian) dan ketidaksempurnaan hidup manusia dengan ukuran yang dikehendaki Penciptanya (manusia melakukan banyak pelanggaran). Agama-agama yang ada berusaha menjelaskan kedua hal tersebut dengan memberikan bermacam-macam alternatif.

Tidak seperti agama-agama lain yang mengajarkan kehidupan berulang (reinkarnasi menurut karma) atau penderitaan sementara sesudah kematian sesudah masuk ke surga (purgatori), Alkitab dengan tegas mengajarkan bahwa manusia hanya hidup satu kali dan sesudah itu dihakimi (Ibr. 9:27-28). Tidak ada perubahan maupun pertukaran nasib sesudah kematian (Luk. 16:26). Tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat. Tidak ada lagi masa-masa yang diasumsikan/dispekulasikan oleh agama-agama tertentu yang akan menentukan kehidupan seseorang di dalam kekekalan. Nasib kita dalam kekekalan ditentukan oleh keputusan kita pada kesementaraan: apakah kita percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat?

Mungkin kita ingat di dalam kalangan Kristen sempat ada fenomena pekabaran Injil kepada orang-orang mati. Sejak beberapa dekade yang lalu, beberapa orang Kristen masih memercayai hal ini. Mereka masih mendoakan anggota keluarganya supaya diselamatkan walaupun sudah meninggal. Sebagai dukungan atas pandangan ini, mereka menggunakan 1 Petrus 3:19-20. Semua ini adalah praktik yang menyimpang dari kebenaran firman Tuhan. Mereka telah menyalahtafsirkan ayat tersebut.

Dalam teks Yunani, tidak ada kata “euangelion” yang muncul di ayat 19 (bdk. RSV/KJV/NRSV). Secara hurufiah, kata “kerusso” hanya berarti memberitakan. Injil tidak selalu menjadi objek pemberitaan kata ini. Sesuai konteksnya, objek dari kata kerja “kerusso” bukanlah Injil, melainkan kemenangan Kristus atau hukuman untuk roh-roh jahat. Penafsiran ini juga didukung oleh salah kitab Yahudi kuno, yaitu 1 Henokh. Lebih jauh, studi komprehensif terhadap teks Yunani menunjukkan bahwa penerima berita itu bahkan bukanlah roh-roh yang tidak taat pada zaman Nuh, melainkan anak-anak Allah (para malaikat) yang telah bersetubuh dengan anak-anak perempuan manusia dan melahirkan para raksasa (Kej. 6:2).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun