Apakah Roh Kudus masih aktif bekerja hingga saat ini? Kalau masih, mengapa kerohanian jemaat sering gersang? Di manakah Roh Kudus sekarang? Perkembangan yang paling pesat dalam umat Kristen masa kini ialah munculnya gereja-gereja Pentakosta serta gerakan karismatik. Mungkinkah Roh lebih aktif bekerja dalam aliran tersebut daripada dalam jemaat-jemaat lain? Atau, mereka itu hanya digerakkan oleh emosi dan perasaan, dan bukan oleh Roh Kudus? Bagaimana tanggapan kita atas hal itu?
Pendahuluan
Surat 1 Korintus termasuk salah satu surat Paulus yang menjadi favorit orang-orang Kristen. Hal ini dibuktikan dengan popularitas beberapa teks dalam surat ini. Salah satu yang paling terkenal adalah 1 Korintus 15:58. Dari sisi penggembalaan (pastoral), pentingnya surat ini juga tidak dapat disepelekan. Konsep tentang keberagaman karunia merupakan peringatan bagi gereja-gereja yang menekankan karunia tertentu dan menjadikan itu sebagai kriteria untuk menilai kerohanian seseorang. Nasihat tentang penggunaan karunia rohani yang teratur dalam ibadah (14:1-33) seharusnya menjadi teguran keras bagi sebagian gereja yang tidak tertib dalam beribadah.
Di antara semua surat Paulus, surat ini merupakan salah satu yang otentisitasnya jarang dipersoalkan. Bukti eksternal dari tulisan bapa-bapa gereja di akhir abad ke-1 maupun awal abad ke-2 (Klemen dari Roma, Polikarpus, Ignatius, Klemen dari Aleksandria, dan Tertulianus) dianggap sangat tua dan jelas. Di samping itu, tidak pernah ditemukan catatan kuno apapun yang menetang otoritas surat ini. Bukti internal di dalam teks juga meneguhkan bahwa surat ini memang berasal dari Paulus sendiri. Begitu kuatnya bukti yang tersedia sampai-sampai teolog liberal pun tidak berani meragukan konsep tradisional bahwa Paulus adalah penulis dari surat ini.
Berbeda dengan surat modern yang selalu mencantumkan tempat dan tanggal penulisan, surat kuno tidak mengikuti pola ini. Begitu pula dengan Surat 1 Korintus. Paulus tidak memberikan keterangan eksplisit di mana dan kapan ia menulis surat ini. Para teolog perlu menyelidiki setiap bagian dari surat ini untuk menemukan petunjuk yang berguna. Semua petunjuk ini selanjutnya dikaitkan dengan Kisah Para Rasul yang mencatat kronologi pelayanan misi Paulus.
Hampir semua penafsir setuju bahwa Paulus menulis surat ini ketika ia masih ada di Efesus. Sesuai dengan pasal 16:5-9, Paulus masih ingin menghabiskan waktu di Efesus karena ada banyak kesempatan di sana. Ia memang sudah merencanakan untuk mengunjungi jemaat Korintus lagi (4:19a; 16:2-7), namun untuk sementara ia hanya bisa mengutus Timotius untuk melayani mereka (4:17; 16:10-11).
Berdasarkan analisa di atas, Paulus pasti menuliskan surat 1 Korintus pada waktu ia melayani di Efesus selama sekitar tiga tahun (Kis. 19:8, 10, 22) dan bukan pada saat kunjungan singkat pertamanya ke Efesus (Kis. 18:19-20). Kemungkinan besar surat ini ditulis pada masa-masa terakhir pelayanan Paulus di Efesus.
Dugaan di atas mendapat dukungan dari kesesuaian isi surat 1 Korintus dan catatan Kisah Para Rasul. Ketika Paulus tiba ke Efesus untuk kedua kalinya dan menetap di sana (Kis. 19:1, 8, 10), Apolos sedang melayani di Korintus (19:1). Jika surat 1 Korintus ditulis ketika Apolos sudah tidak melayani lagi di Korintus (1Kor. 16:12), maka surat ini tidak mungkin ditulis pada awal pelayanan Paulus di Efesus. Dukungan lain didapat dari rencana Paulus untuk mengunjungi Korintus ketika ia melintasi Makedonia (1Kor. 16:6) dalam perjalanan menuju Yerusalem (1Kor. 16:1). Rencana ini sesuai dengan rencana yang ia pikirkan pada tahun ke-3 pelayanannya di Efesus (Kis. 19:21). Pengiriman Timotius untuk mendahului Paulus juga mengarah pada waktu yang sama (Kis. 19:22; 1Kor. 4:17; 16:10-11).
Jika pendapat di atas diterima, maka kita dapat menyimpulkan bahwa jarak waktu antara akhir pelayanan Paulus pertama di Efesus dan penulisan surat ini adalah empat tahun. Sekitar satu tahun pertama dihabiskan Paulus untuk perjalanan dari Korintus ke Kenkrea dan Efesus (Kis. 18:18-19), singgah sebentar di Efesus (Kis. 18:19-21), pergi ke Kaisarea dan Anthiokia (Kis. 19:22), dan pelayanan keliling di daerah Galatia dan Frigia (Kis. 19:23). Tiga tahun berikutnya merupakan masa pelayanan Paulus yang penuh dengan keberhasilan (Kis. 19:1, 8, 10, 22). Jika Paulus meninggalkan Korintus tidak lama setelah Galio menjadi prokonsul (bdk. Kis. 18:12, 17-18) pada tahun 51-52 M, maka surat ini ditulis antara tahun 54 - 55 M.
Selama rentang waktu empat tahun ini, pelayanan di Korintus diisi oleh Apolos (1:12; 3:6; Kis. 19:1) dan Petrus (1:12; 9:5). Setelah keduanya pergi dari sana, kepemimpinan sangat mungkin dilanjutkan oleh beberapa pemimpin lokal setempat yang kurang dewasa. Lemahnya kepemimpinan inilah yang memicu munculnya berbagai masalah dalam jemaat. Salah satunya adalah mereka mengalami krisis kasih dalam hal perbedaan karunia rohani (1 Korintus 12-14). Paulus membahas hal Roh dan kerohanian dalam jemaat secara lebih mendalam di tiga pasal ini, khususnya mengenai masalah karunia-karunia Roh.
Roh dan kerohanian