Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kristus yang Palsu

25 Februari 2018   17:45 Diperbarui: 17 Agustus 2018   22:37 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa orang mudah tergiur dengan barang-barang yang palsu? Ada banyak alasan. Mungkin harganya murah. Mungkin sekilas kualitasnya mirip dengan yang asli. Mungkin penjualnya sangat fasih berbicara. Apapun alasannya, harus diakui bahwa barang-barang palsu kadangkala memang memiliki daya tarik tersendiri.

Bahaya yang sama dapat terjadi dalam kekristenan. Ada beragam “Kristus” yang diberitakan: dari Kristus yang identik dengan sinterklas (teologi kemakmuran) sampai Kristus yang tersembunyi dalam semua agama (pluralisme religius). Semua diberitakan dengan cara-cara tertentu yang sangat menggiurkan.

Persoalan inilah yang terjadi di jemaat Korintus. Para rasul palsu memberitakan “Kristus yang lain” di dalam “injil yang lain” melalui “roh yang lain” pula (11:4). Dengan segala kelicikan, mereka berusaha membanggakan diri sendiri (5:12; 10:7, 12-18; 11:12) dan merendahkan pelayanan Paulus (11:5; 12:11). Mereka menyamarkan diri mereka sebagai rasul-rasul Kristus (11:13-15). Hasilnya? Sebagian jemaat mempercayai kepalsuan yang ditawarkan!

Situasi ini mendorong Paulus untuk mengirimkan surat kepada mereka. Banyak hal dia sampaikan di dalamnya. Namun, hari ini kita hanya akan berfokus pada 2 Korintus 11:1-12. Ada tiga respons yang dia tunjukkan dalam bagian ini.

Menunjukkan kecemburuan ilahi (ayat 1-4)

Semua yang hendak dikatakan di ayat 1-12 merupakan sebuah “kesombongan”. Maksudnya, Paulus terpaksa membanggakan diri walaupun dia tahu sikap seperti itu adalah bodoh dan tidak berarti (11:1; 3:1; 5:12; 10:12; bdk. Rm. 3:27). Tindakan ini diambil karena jemaat Korintus yang memaksa dia melakukannya (12:11 “Sungguh aku telah menjadi bodoh; tetapi kamu yang memaksa aku”). Mereka telah begitu cepat termakan dengan kebohongan dalam kesombongan para rasul palsu. Di tengah keadaan seperti inilah Paulus menganggap bahwa “kesombongannya” mungkin akan bermanfaat bagi jemaat Korintus: menyelamatkan mereka dari kesombongan para rasul palsu. Kesombongan mereka tidak sesuai dengan kenyataan dan dilandasi oleh motif tertentu untuk kepentingan diri sendiri.

Tidak demikian dengan “kesombongan” Paulus. Apa yang dia sampaikan tidak melebihi kenyataan (11:13; 12:11-12). Motif di baliknya pun tulus. Dia cemburu dengan cemburu ilahi (11:2, zelo gar hymas theou zelo; lit. “karena aku cemburu kepada kalian dengan kecemburuan Allah”). Penggunaan istilah “kecemburuan Allah” (NLT) menyiratkan bahwa tidak semua kecemburuan (zelos) dapat dibenarkan. Ada kecemburuan yang menjurus pada iri hati. Ini tidak dapat dibenarkan, karena menginginkan apa yang bukan menjadi haknya. Kecemburuan yang benar berhubungan dengan apa yang memang menjadi hak seseorang dan didorong oleh motif yang baik (demi kebaikan orang lain).

Salah satu yang dibanggakan oleh Paulus adalah posisinya sebagai bapa bagi jemaat Korintus. Dalam surat sebelumnya, dia sudah menegaskan hal ini. Walaupun mereka memiliki begitu banyak guru yang pernah melayani di sana, bapa rohani mereka tetaplah Paulus (1Kor. 4:14-15). Dia yang pertama-tama memberitakan Injil kepada mereka (Kis. 18).

Paulus menggunakan sebuah metafora dari budaya perkawinan Yahudi. Ibarat seorang ayah, Paulus sudah mempertunangkan jemaat Korintus kepada Kristus (11:2). Pertunangan pada masa kuno jauh lebih serius dan mengikat daripada di zaman sekarang di kebanyakan budaya. Dalam status pertunangan, seorang laki-laki dan perempuan sudah dipandang sebagai pasangan suami-isteri. Hanya saja, mereka tidak tinggal bersama dan belum boleh melakukan hubungan seksual. Nah, seorang ayah bertanggung-jawab untuk memastikan bahwa anak gadisnya tetap perawan. Dia perlu mengingatkan anak gadisnya terus-menerus bahwa dia sudah dipertunangkan dengan “satu laki-laki” (11:2). Tidak boleh ada cinta segitiga atau perselingkuhan. Tidak boleh ada kontak seksual dengan siapapun.

Begitu pula dengan jemaat sebagai tunangan Kristus. Mereka perlu menjaga diri agar tetap murni. Tugas ini seharusnya tidak terlalu sukar untuk dilakukan. Jemaat memang sudah dikuduskan di dalam Kristus. Penebusan Kristus dimaksudkan “untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela” (Ef. 5:26-27).

Walaupun demikian, jemaat tetap perlu waspada. Para rasul palsu adalah para pelayan Iblis (11:13-15), si ular tua yang memperdayai Hawa (Kej. 3). Mereka sangat licik (11:3). Lihai dalam tipu daya. Pura-pura menawarkan sesuatu yang indah, padahal di dalamnya ada kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun