Mohon tunggu...
Stephen Sihombing
Stephen Sihombing Mohon Tunggu... Pemuka Agama - mengabdi bagi kemanusian dengan keteladanan Yesus

mengembangkan narasi iman bagi kebahagiaan umat http://sgrsihombing.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Khotbah Minggu, Kejadian 11:1-9

16 September 2018   06:37 Diperbarui: 16 September 2018   08:01 3798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.jonathanpark.com dengan editing pribadi

Cerita Menara Babel (Menara Kekacauan) dapat dipahami sebagai  pengakuan iman bangsa Israel pada kekuasaan Tuhan yang mengatur dan mengarahkan dunia  sesuai kehendakNya. Sebagai Kisah Iman maka kita diingatkan betapa rancangan Allah selalu melampaui rencana manusia yang mudah gagal dan hanya mendatangkan bencana bagi kehidupan mereka sendiri.

Manusia dengan kehebatannya pada akhirnya dapat terhenti sebab campur tangan Allah yang memandang segala yang diperbuat manusia tidak lagi sebagaimana yang diperintahkan bagi mereka untuk beranak cucu dan memenuhi bumi. Manusia mulai memikirkan apa yang menjadi penting dan menarik untuk reputasi dan pemuasan diri sendiri.

Nimrod dapat disebut sebagai orang yang pertama kali mulai merintis pembangunan kota-kota besar (10:9-11). Kecakapan dan ketrampilan teknis manusia dengan teknologinya, memungkinkan mereka mendirikan kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit (11:4). Mereka juga berhasrat untuk mencari nama khusus sebagai pembuktian keberhasilan membangun sesuatu yang tidak ada duanya (Ingat: Menara Kembar Petronas di Kuala Lumpur atau Menara Pisa di Italy).

Kemampuan manusia tidak dapat dihentikan. Usaha mereka membangun didukung dengan potensi sumber daya alam (batu bata dan semen/ter) serta sumber daya manusia (satu bahasa dengan kecerdasan dan ambisinya) yang luar biasa sehingga rencana dan proyek pembangunan mereka pasti berhasil sebab tujuannya adalah untuk kepentingan bersama (11:4, termasyur dan tidak tercerai berai).

Meskipun demikian apa yang menjadi rencana dan ambisi manusia, mendapat perhatian Allah dan jelas tidak sesuai dengan mandat yang ditugaskan atas hidup manusia. Manusia melawan apa yang menjadi ketetapan Allah bagi masa depan populasi manusia. Alam yang diciptakan Allah sedemikian luas dan sanggup menampung seluruh kegiatan manusia dengan segala peradabannya.

Manusia yang diciptakan Allah berlaku selaras dengan kehendak Sang Pencipta. Allah yang berdaulat atas kehidupan berdaulat pula atas apa yang dimiliki manusia. Pikiran manusia sudah bertolak belakang dengan pikiran Allah. 

Tidak ada lagi masa di mana manusia dihukum karena dosanya dengan air bah. Allah menggagalkan rancangan manusia dengan mengacaubalaukan bahasa yang mereka gunakan sebagai alat pemersatu. Kekacauan itu menyebabkan kerusakan yang luar biasa di mana proyek membangun kota dengan menara yang tinggi menjadi berhenti. Manusia tidak dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Kekuatan bahasa yang mereka sombongkan dihancurkan Allah. 

Bencana yang diakibatkan ketidakmengertian dalam berkomunikasi menjadikan kumpulan manusia itu tercerai berai. Mereka tidak dapat menyamakan pengertian saat mereka tidak dapat lagi berbicara dengan pengertian yang sama. Akhirnya, manusia terpisah dan menyebar ke berbagai tempat. Allah yang merancang semuanya.

Kisah Menara Babel merupakan kisah tentang kesombongan manusia yang bertujuan melawan kehendak Allah dan menyamakan diri dengan Yang Mahakuasa. Kemampuan dan kecerdasan manusia ada batasnya. Kegagalan manusia membangun menara Babel mengajar kita untuk selalu membawa rencana dan agenda besar kita kepada Allah yang dapat mengatur dan mengarahkan berkatNya kepada kita.

Kita tidak boleh terjebak pada pikiran manusia yang selalu merasa diri hebat dengan kemampuannya yang justru mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia itu sendiri. Kita ingat Bom Hiroshima dan Nagasaki yang mematikan dan mendatangkan penderitaan bagi rakyat Jepang.

Kemampuan manusia untuk berbahasa bukan untuk merancang yang jahat dan menyampaikan ujaran kebencian di tengah masyarakat luas. Tuhan Allah tidak menghukum manusia pada titik lemahnya, tetapi pada titik kekuatannya. Kekacauan dalam berbahasa sudah cukup menggagalkan rancangan jahat manusia. Kita akan mengalami yang sama jika kita membanggakan kekuatan diri kita. Tuhan dapat membuat kita gagal dan jatuh jika kita sombong supaya kita hidup dalam kehendakNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun