Rabu abu dipandang sebagai pintu masuk dan pembuka masa Prapaskah yang diwujudkan lewat upacara penerimaan abu oleh segenap umat katolik. Pernyataan tobat sudah dikenal sejak Perjanjian Lama, dengan mengenakan pakaian karung atau siraman abu, tanda penyesalan atas dosa-dosa. Yesus sendiri memperingatkan semua pengikut-Nya, bahwa tobat itu punya dampak penyelamatan (Mat 11:21). Gereja awal tetap mempertahankan cara ini sampai abad ke-10.Â
Tata cara ini dimaksudkan sebagai satu perwujudan tobat atas dosa-dosa yang telah dilakukan. akan tetapi terjadilah perubahan, terutama dewasa ini, sehingga hari Rabu Abu dipandang sebagai awal 'perjalanan rohani di masa paskah" Apakan arti Abu tersebut? Pertama-tama abu merupakan simbol kefanaan. Abu adalah sisa dari daun palma tahun sebelumnya yang dibakar dan sudah dihancurkan.Â
Dengan menerima abu, kita diingatkan betapa singkat dan cepat berlalu hidup manusia itu. Hanya sesaat saja dan tak ada satupun yang akan tertinggal bagi kita, kecuali segenggam abu tanah. Pemazmur memiliki sebuah renungan yang menarik tentang fananya hidup manusia. Katanya, "Manusia hilang lenyap seperti mimpi, seperti rumput yang disabit. Pagi-pagi berkembang dan berbunga; waktu sore layu dan kering. Segala hari kami lenyap dalam murka-Mu, segenap tahun kami hilang bagaikan nafas" (Mzr 90:3-9).
Penerimaan abu harus menghantar kita kepada satu penilaian diri yang tepat dan membantu kita untuk memilih nilai-nilai yang tahan uji dan yang banar-benar berarti. Disamping itu abu diterima sebagai lambang kemurnian. Abu itu kelihatan kotor, tidak bersih. Akan tetapi sebenarnya merupakan unsur yang sangat bersih dan murni, karena hasil dari satu proses pembakaran, dimana api dapat membinasakan segala sesuatu yang tidak murni dan jahat.Â
Tindakan 'menerima abu' harus dilihat sebagai satu panggilan dan undangan untuk mengalami proses penghangusan diri selama 40 hari. karena hal itu merupakan suatu proses penghangusan, maka pasti sangat menyakitkan, akan tetapi ia membersihkan dan membebaskan.
Lebih lanjut, arti ketiga dari abu ialah sebagai kenangan akan dosa pertamaAdam dan Hawa. Ketika abu diberikan kepada umat, pemimpin perayaan berkata, "Ingatlah, hai manusia, engkau debu dan engkau akan kembali kepada debu". Inilah kata-kata Tuhan kepada Adam sesudah mereka berdosa. Sambil mendengar kata-kata ini, kita melihat diri kita dalam satu jalur yang panjang orang-orang berdosa. Kita menjadi sadar bahwa kita pun, seperti Adam, tidak taan kepada Allah, maka kita harus bertobat.Â
Sekian....