Mohon tunggu...
Stelladia SuryaWijaya
Stelladia SuryaWijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Instagram: stelladiawijaya

Freelancer | Penulis | Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siapa Bilang Islam dan Tionghoa Tak Bisa Bersatu?

9 Desember 2019   11:21 Diperbarui: 9 Desember 2019   11:54 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Ramlie Musofa terletak di Sunter, Jakarta Utara. Jumat (6/12/2019). Foto: Veren Margaretha

Indonesia dikenal kaya akan keberagaman budaya, etnis, suku, ras, kepercayaan, dan agama. Meskipun diselimuti keberagaman, nyatanya konflik antarbudaya tak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, perlunya menanamkan sikap toleransi dan simpati dalam diri untuk mengatasi hal ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, isu terkait etnis dan agama menjadi hal yang temperamental di kalangan masyarakat Indonesia. Salah satunya, antara etnis Tionghoa dengan agama Islam. Hal inilah yang memunculkan stigma sebagian masyarakat bahwa agama Islam dan etnis Tionghoa tak dapat bersatu.

Umat Muslim menjalankan ibadah salat Jumat di Masjid Ramlie Musofa, Sunter, Jakarta Utara, Jumat (6/12/2019). Foto: Cindy Damara
Umat Muslim menjalankan ibadah salat Jumat di Masjid Ramlie Musofa, Sunter, Jakarta Utara, Jumat (6/12/2019). Foto: Cindy Damara
Faktanya, stigma tersebut dapat dipatahkan dengan hadirnya organisasi PITI atau dikenal Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia. Dengan berdirinya organisasi ini, membuktikan bahwa Tionghoa dan Islam dapat menyatu menjadi budaya universal Indonesia. Pembentukan PITI ini membuktikan bahwa negara Indonesia memang berprinsip Bhinekka Tunggal Ika.

Sejarah Terbentuknya PITI 

Abdul Karim Oei Tjeng Hien (tengah), pencetus Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Foto: Islam.co
Abdul Karim Oei Tjeng Hien (tengah), pencetus Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Foto: Islam.co

Sekitar tahun 1961, PITI (Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia) dibentuk oleh almarhum Abdul Karim Oei Tjeng Hien. Sejak berdiri, organisasi ini telah menjadi wadah bagi penduduk Tionghoa yang ingin bermualaf. Selain itu, PITI turut menyebarkan ajaran agama Islam di kalangan Tionghoa dan memberikan kesempatan untuk bertauhid.

Wakil Ketua Gerakan Anak Bangsa Haji Ronggo selaku teman seperjuangan alm. Abdul Karim Oei Tjeng Hien, turut andil menyaksikan pembentukan cikal bakal PITI. "PITI didirikan di Jakarta menggabungkan dua organisasi keturunan Tionghoa yang satu dari Padang dan yang satunya dari Bengkulu. Setelah dideklarasikan di Jakarta, PITI berkembang pesat di Indonesia. Karena waktu itu begitu banyak (yang) mualaf," kata Haji Ronggo.

Haji Ronggo menjelaskan bahwa sosok Abdul Karim Oei Tjeng Hien sangat identik dengan seorang pahlawan Nasional. Sebab, almarhum dahulunya merupakan Ketua Umum Masyumi Bengkulu sampai dengan tahun 1960. Kemudian, almarhum juga mendirikan cabang Muhammadiyah. Sebagai informasi, almarhum merupakan teman akrab Ir. Soekarno.

Haji Ronggo selaku teman seperjuangan almarhum Abdul Karim (pendiri PITI) menjelaskan cikal bakal PITI. Foto: Natasya Christanta
Haji Ronggo selaku teman seperjuangan almarhum Abdul Karim (pendiri PITI) menjelaskan cikal bakal PITI. Foto: Natasya Christanta

 "Sosok inilah yang akhirnya mengonsolidasikan PITI, yang kemudian dikenal menjadi organisasi kelompok Tionghoa Islam dalam rangka meningkatkan kualitas keimanan Tauhid dari kaum mualaf yaitu Tionghoa," tambah Haji Ronggo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun