Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Oidipus Rex ala Nusantara: Tafsir dan Pembuktian

14 November 2020   13:48 Diperbarui: 14 November 2020   13:50 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setelah kontroversi pentas seni sebuah kisah terkait sepenggal keyakinan dan sejarah di Minahasa dan Bolmong menemukan titik damai berdasarkan dialog kesetaraan dan kesepahaman satu sama lain, belum lama ini publik Minahasa khususnya dan Indonesia pd umumnya dikejutkan dengan postingan yang tidak bijak dan tendensius.

Postingan di medsos itu diikuti dengan video viral penangkapan HA, tersangka ujaran penghinaan terkait leluhur Minahasa. Dan dilaporkan ke yang berwenang oleh 4 LSM dan tersangka sudah masuk penjara.

Tersangka itu mengutip info pengetahuan lama dari buku-buku yang ditulis oleh penulis sejarah dan budaya Minahasa.

Sebenarnya dia cukup mengutip buku tanpa mesti menambah kata2 yang tidak bijak, yang jelas2 sudah merupakan penafsiran yang tendensius.

Kata-kata yg diungkapkannya bila ditempatkan dalam kisah legenda Sangkuriang di Jawa Barat misalnya ya sudah pasti akan mendapat reaksi yang sama dari masyarakatnya.

Kisah dengan motif Oidipux Rex di Romawi kuno semacam itu ada cukup banyak juga di Nusantara. Selain kisah Sangkuriang, ada kisah orang Kalang di Pekalongan, kisah Watu gunung dan Dewi Sinto dalam Babad Tanah Jawa, cerita Gunung Darapung di Bone, cerita Kebo Mundar di Bali, cerita ibu dan anak di Nias (Rusyana dalam Tatum, 2011).

Tapi apakah itu harus disakralkan dan tak bisa diubah seolah sudah sama dengan Kitab Suci, lalu apalagi ditafsirkan seenaknya saja?

Seandainya saja, kalau ada orang iseng dan rada nekat mau jadi pengacara tersangka, mungkin dia merasa yakin bisa membebaskan si terdakwa itu, dengan cukup menunjukkan satu versi buku Toar Lumimuut sebagai Ibu dan anak, dan maka mungkin bebaslah si tersangka dari jerat hukum? Benarkah?

Masalahnya apakah pengetahuan lama itu memang sudah menjadi dasar kebenaran, bisakah sekedar mengutip dari dokumentasi yang dibuat pd jaman kolonial langsung maupun tak langsung untuk sebuah kesimpulan?

Kalau ada ilmuwan ahli yang mau menjadi saksi pendukung, siapakah yang layak menjadi saksi ahli? Apakah penulis buku tersebut yang sudah meninggal? Apakah para dokumentaror awal? Apakah benar masyarakat leluhur sendiri yang mengisahkan ya seperti itu?

Apalagi buku-buku yg pernah mendokumentasikan kisah mitologi leluhur Minahasa itu ada banyak versi. Di Leiden saja ada 100 lebe versi tentang mitologi itu. Mana yg betul?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun