Mohon tunggu...
fanky christian
fanky christian Mohon Tunggu... Full Time Blogger - IT Specialist, DCMSolusi, DCMGroup, EventCerdas, StartSMEup, JesusMyCEO, IndoBitubi, 521Indonesia

IT Specialist, khususnya infrastruktur, aktif di beberapa Asosiasi IT, suka mengajar dan menulis, fokus kepada IT , enterpreneurship, content marketing. Mengembangkan Daya Cipta Mandiri Group, EventCerdas, 521Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangga sebagai Tionghoa

12 Februari 2021   16:08 Diperbarui: 12 Februari 2021   16:12 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya terlahir di keluarga Tionghoa yang tidak tionghoa. Mengapa demikian ? 

Nama orang tua masih ada nama tionghoa, selain nama Indonesia-nya. Tapi tidak dengan saya. Saya hanya 'kebagian' mata sipit, kulit putih, tapi nama nya tidak ada nama tionghoa. 

Sebagian teman saya yang tionghoa masih bisa mendengar dan bicara mandarin sedikit-sedikit. Di kami sekeluarga, tidak ada yang bisa berbicara bahasa mandarin. 

Karena, dari waktu saya lahir, saya merasa dan dibuat agar tidak merasa bangga sebagai tionghoa. Saya tidak mudah bergaul dengan orang pada umumnya sewaktu kecil, karena mereka lebih cenderung mengejek dan menghina dibandingkan berteman. 

Perjalanan pulang pergi ke sekolah setiap hari, selalu mendengar cemooh dan hinaan sebagai tionghoa. Sehingga saya yang sekolah di sekolah negeri sekalipun bertekad dalam diri saya bahwa saya bukanlah tionghoa, saya asli Indonesia. Saya tidak marah dipanggil 'cina' , karena saya bukan orang cina, saya tidak bicara bahasa mandarin. 

Tahun-tahun berlalu, hingga saya akhirnya masuk kampus yang sebagian besar isinya keturunan tionghoa. Dan mau tidak mau, saya harus bergaul dengan mereka semua. Dan memang, seperti yang saya duga, tidak ada bedanya, semua sama. 

Saya bisa makan dengan santai dengan orang pada umumnya, meskipun saya agak 'berbeda' sedikit. Demikian juga sewaktu mulai bekerja. Saya bekerja dengan latar belakang budaya dan suku yang beragam, dan kami tidak ada masalah. 

Sungguh kami, kita semua tidak ada bedanya. Tidak ada non tionghoa, ataupun tionghoa. 

Pada saat saya memutuskan untuk memulai usaha sendiri, nah inilah ada bedanya. Saya yang punya teman dari beragam suku dan agama, bisa melihat dengan jelas, bahwa kaum tionghoa lebih pandai dalam berusaha sendiri, wiraswasta. 

Mereka memiliki nilai-nilai yang berbeda, dibandingkan dengan suku lainnya. 

Inilah yang kemudian saya menyadari, ternyata saya ini benar ada darah tionghoa-nya. Saya memiliki bakat itu, dan itu yang kami rasakan semakin jelas dan nyata pada saat saya menjadi wiraswasta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun