Mohon tunggu...
Stanley Wiselim
Stanley Wiselim Mohon Tunggu... Lainnya - :)

:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Reaksi 2 Negara yang Berbeda dalam Menanggapi Covid-19

31 Maret 2020   15:21 Diperbarui: 31 Maret 2020   15:40 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada tanggal 21 Januari 2020, Taiwan mengumumkan kasus COVID-19 yang pertama. 10 hari kemudian, giliran Italia yang mengumumkan kasus pertamanya. 

Namun per tanggal 30 Maret 2020, Italia sudah memiliki 101.739 orang yang terinfeksi dengan 11.591 meninggal, namun Taiwan hanya memiliki 322 orang, dan 5 meninggal. 

Bisa terlihat walaupun Taiwan lebih dahulu terkena virus COVID-19, namun angkanya dengan Italia berbeda sangat drastis. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Negara Non-anggota WHO yang sukses mencegah COVID-19

Pertama, tentang Taiwan. Apa langkah-langkah yang dilakukan Taiwan, negara yang terletak di antara negara yang banyak terinfeksi? 

Menurut seorang profesor di Universitas Stanford Dr. Jason Wang, Pemerintah Taiwan sudah melakukan integrasi antara semua organisasi kesehatan dan organisasi imigrasi  jauh di bulan Desember 2019, setelah mendapat informasi tentang adanya virus yang belum diketahui di Wuhan, Tiongkok.  

Tak hanya itu, banyak rute penerbangan antara Wuhan dengan kota-kota di Taiwan dibatalkan sejak bulan itu juga. Langkah terakhir yang diambil juga dengan mengenakan denda kepada warga yang melanggar peraturan karantina sebesar 33.000 dollar AS.

Banyak faktor yang membuat Italia bisa memiliki angka terinfeksi yang tinggi

Italia di sisi lain, dinilai kurang siap dalam menanggapi hal ini. Menurut Dr. Isaac Bogoch, ilmuwan di Toronto General Hospital, mengatakan bahwa dirinya yakin bahwa virus COVID-19 sudah menyebar beberapa minggu di Italia Utara jauh sebelum disadari pemerintah setempat. Italia pun baru melakukan langkah mengatasi penyebaran saat warga yang terinfeksi sudah mencapai 150 dan 3 yang meninggal. 

Selain dari langkah pemerintah yang kurang cepat, kebiasaan warga juga berpengaruh besar. Dr. Giovanni Guaraldi, Dokter spesialis di bidang infeksi dari Universitas Modena, mengatakan bahwa awal penutupan tempat umum di Italia seperti "liburan", dimana sekolah dan tempat umum sudah ditutup, warga masih saja berkumpul di luar walaupun angka terinfeksi sudah menginjak angka 10.000 orang. 

Alasan terakhir dari kematian Italia yang tinggi adalah Italia adalah negara kedua dengan usia tertua di dunia setelah Jepang. 87% dari kematian akibat virus COVID-19 adalah pasien di atas 70 tahun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun