Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Humor

Seri Thailand 11: Mahalnya Wisata ke Pasar Apung Damnoen Saduak

18 November 2010   19:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:30 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sudah ada kendaraan ke pasar apung Damnern Saduak pak?", tanya sopir taxi itu "Belum", jawabku didalam taxi sesaat setelah taxi di bandara berjalan menuju hotel tempatku menginap. "Sama saya saja pak, murah! Cuman 1500 Baht saja. Pulang pergi", tawarnya "Ah mahal!" "Murah itu, ya sudah bagaimana kalau 1200 Baht (IDR 360 ribu)? Khusus buat anda pak?" "Eee.... Ok deh", jawabku setelah pura-pura berfikir. "Wah terima kasih pak, kapan saya jemput di hotel?" "Kapan yah? Binggung saya" "Mendingan hari minggu saja, banyak turis hari itu", jelasnya. "Oh begitu yah? Ya sudah... Hari minggu saja" Lalu tampak istriku sedang melirikku. Aku pun paham dengan arti lirikannya. "Tenang buk. Emang segitu harganya. Sudah bapak cek di internet kok. Emang segitu harganya", jelasku. "Nggak mending ntar tanya ma hotel aja pak, siapa tahu lebih murah?" "Ah nggak usah. Di hotel lebih mahal", tangkisku. "Ya sudah deh, terserah gimana bapak saja", jawab istriku menurut. "Gitu dong....", kataku sambil tersenyum. ........... Minggu, pukul 08.00 Waktu Thailand Manasaja "Nggak usah beli souvenir buk!" "Iya" "Barang yang dijual sama dengan yang ada di pasar Chatucak ama Suanlum!" "Iya" "Jajan pisang goreng ama makan sop aja" "Iya.." "Minumnya kelapa saja" "Iya" "Nurut aja" "Iyaaaaaa" Lalu taxipun melaju menuju ke tempat wisata pasar apung Damnern Saduak. Pasang apung yang terletak di daerah Ratchaburi sekitar 109 km dari pusat kota Bangkok. Perjalanan untuk mencapai sana sekitar 2 jam. Menurut informasi dari internet. Kalau yang tidak membawa anak dan istri menurutku memang enaknya naik bis saja dari Bangkok Southern Bus Terminal. Menuju terminal tersebut mendingan naik taxi. Paling hanya akan membutuhkan biaya sekitar 125 Baht (IDR 37500) dan nanti tinggal naik bis no 78 jurusan Damnoen Saduak. Naik bis ini hanya membutuhkan biaya 64 Baht saja. Tentu jauh lebih murah daripada rental taxi seperti kami. Cuman masalahnya, rasanya kurang praktis kalau mesti pindah-pindah kendaraan. Nggak tega dengan anak istri. Pasti ribet jadinya. Selama perjalanan terlihat jalanan tampak lenggang. Maklum hari minggu. Heheheh. Sepanjang kiri jalan beberpa kali aku temui banyak tambak garam serta warung-warung penjual garam curah. Mirip seperti di Tuban atau Madura. Cuman yang sempat membuat kaget, sempat taxi berhenti di perlintasan rel kereta api yang tidak ada palangnya. Aku sempat heran, knapa dia mesti berhenti sedangkan palang penutupnya tidak ada. Ternyata aku baru tahu, ada rambu jadwal kereta di samping jalannya. Walah... Rada aneh juga, negara yang punya sistem kereta layang BRT kok di luar kotanya masih manual begitu. Holoh-holoh...! Akhirnya kamipun sampai disalah satu terminal perahu apung. Disana ternyata kami cuman sendirian. Sepiiii.... Tidak ada taxi lain kecuali kami. Lalu kami disambut mbak-mbak sales yang berrok mini (ehm). Dia memberikan tiket seharga 1500 Baht per orang. WHAT!! Mahal amat! Gile aja! Bisa 4500 Baht dong! Aku menolak keras. Setahu aku biayanya cuman 300 Baht perorang. Kalau berempat maksimal 1200 Baht. Aku pura-pura mengancam pulang dan membatalkan acara naik perahunya. Jurus standar seperti saat menghadapi penjual souvenir di Malioboro Yogya. Tampak sopir taxi langsung membantu menegosiasikan harga sewa perahu. Akhirnya mereka mau menyewakan 1 perahu buat kami berempat 1500 Baht saja. [caption id="attachment_75883" align="alignright" width="180" caption="Peta Damnoen Saduak Floating Market"][/caption] Setelah sepakat, akhirnya ada bapak-bapak yang menjelaskan rute yang akan dilewati perahu beserta titik check point untuk berhenti. Aku mengangguk-anguk saja. Nggak mudeng dengan bahasa inggrisnya yang tidak jelas logatnya. Lalu kamipun masuk kedalam perahu. Sesaat sebelum jalan tiba-tiba mbak ber rok mini tampak menghampiri kami dan memotret kami. Sepertinya dia nge fans kepada kami. Akhirnya mesinpun dihidupkan. Suara meraung dari mesinnya. Tampak Thole senang sekali dengan raungan suara mesin perahu itu dan kecipak air yang mengenai sebagian tangan Thole.

Jalur pasar apung Damnoen Saduak ini sebenarnya tidak terlalu lebar. Cenderung sempit. Airnya bahkan tampak berwarna coklat. Sangat berbeda dengan jalur air yang ada di Venezia yang hijau dan jernih. Bahkan dibandingkan dengan pasar apung Kalimantan yang aku lihat disebuah iklan televisi Indonesia juga tampak masih kalah besar. Apalagi kalau dibandingkan dengan Banjir Kanal Timur (BKT) Jakarta yang sebentar lagi selesai pembangunannya. BKT Jakarta ini malah mempunyai lebar sekitar 100 meter dan sedalam 7 meter yang menghubingkan cipinang menuju Marunda dan laut Jawa.

Cuman masalahnya, aku memang harus mengakui kehebatan kerajaan Thailand ini mengemas wisatanya. Saluran air sepanjang 32 km yang di buat oleh raja Rama IV di tahun 1866 ini memang sepertinya terinspirasi oleh sungai-sungai dan kanal-kanal di Venesia. Dan fungsinya tampak jelas dipersiapkan sebagai lokasi wisata. Terbukti adanya kejelasan pembagian wilayah untuk kebun kelapa, kebun pisang sampai pasar rakyat dan pasar souvenirnya. Hasilnya tampak jelas, apa yang dilakukan dengan niat positif akan berbalik dengan hasil yang positif juga. Pasar apung ini pun akhirnya menjadi tujuan wisata penting setelah Istana Raja (Grand Palace) di Bangkok. Sudah tak terhitung berapa devisa yang disapatkan oleh kerajaan Thailand ini dari objek wisata ini.

Istriku juga tampak menikmati wisata ini walau sebenarnya kami datang bukan disaat yang tepat. Jam puncaknya sekitar jan 08.00 pagi sd 11 siang. Sedangkan kami baru naik perahu sekitar jan setengah 11. Tapi tak apalah.. Daripada tidak sama sekali.

[caption id="attachment_75884" align="alignleft" width="191" caption="Nyam nyam nyam...."]

1290106553250870234
1290106553250870234
[/caption] Toh, disana juga masih tampak ramai dengan turis-turisnya yang berhilir mudik. Beberapa kali perahu kami merapat ke penjual-penjual souvenir. Dan beberapa kali mampir juga ke penjual makanan yang memasak dari perahunya sendiri. Soal makanan inilah yang akhirnya membuatku lupa dengan aturanku sendiri. Aku membeli berbagai macam jajanan. Dari buah, gorengan, mie, sop dan lain sebagainya. Istriku tampak geleng-geleng kepala dengan nafsu makanku yang rada luar biasa ini.

"Maklum lah buk...", kataku dalam hati. Kan lagi masa pertumbuhan.

Setelah berputar hampir 2 jam, akhirnya kami kembali ke tempat pemberangkatan. Tampak sopir perahu menanyakan kepada kami dengan bahasa Inggris seadanya.

"You Happy? Happy?", tanyanya tulus.

"Happy laaah. Happy banget!", jawabku sambil tersenyum.

[caption id="attachment_75885" align="alignright" width="273" caption="Udah jadi, masak nggak dibeli..."]

1290106719799879027
1290106719799879027
[/caption] Kami turun dari perahu dan tampak si mbak ber rok mini kamu menyambut kami dengan senyum dan.... dan sebuah foto yang sudah jadi. Foto kami berempat saat berangkat tadi. Yah, kirain nge-fans. Nggak tahunya jualan juga.

"300 Baht", katanya sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun