Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Connecting Happiness, Biasakan Belanja Tanpa Menawar di Pasar Tradisional

8 Mei 2020   22:35 Diperbarui: 8 Mei 2020   22:35 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila kita  belanja di supermaket, mall, minimarket dan belanja online tentu tahu dong, kalau kita membeli barang pasti akan membayar sesuai dengan harga yang tertera pada barang tersebut. 

Karena barangnya jelas dan harganya jelas, walaupun untuk belanja online yang terkadang barang yang dipamerkan difoto  dengan kenyataan tidak sesuai.

Namun apa yang kamu lakukan bila sedang belanja di pasar tradisional, atau  pada tukang sayur keliling. Barangnya  juga sudah jelas bisa dilihat dan dipegang, namun harga yang disebutkan penjualnya berapapun pasti kamu menawar lagi. 

Padahal kalau dipikir-pikir  cuma selisih harga 1000 perak atau 500 perak saja, tetapi  kamu nawarnya minta ampun! Sampai akhirnya simbok bakul  menyerah  takut barangnya tidak laku, padahal keuntungannya sangat minim sekali.

Kenapa kalau dengan pedagang besar di supermatket kita mau tunduk pada harga yang mereka minta, tetapi dengan mbok-mbok, simbah-simbah pegadang kecil di pasar tradisional  kita  pakai nawar  sampai njelmet. 

Bahkan  kita rela kehilangan waktu  bertele-tele  untuk sekedar selisih harga  yang tidak seberapa.  Rasanya kalau kita membeli dengan harga yang mereka tawarkan, ada perasan kemahalan,  ada perasaan nggak puas dan lain sebagainya. Itu penyakit namanya. Bahkan kita akan merasa bangga dan bahagia bila kita bisa menawar dengan harga serendah mungkin.


Padahal kembalian receh  seribu, dua ribu atau lima ratus perak itu pada akhirnya cuma menuh-menuhi dompet saja, atau bahkan kalau terjatuh pun kita malas ngambil. 

Coba kalau kita tidak usah menawar tadi, uang 1000 perak itu sudah bisa menambah bahagia simbok bakul  tadi.  Bisa sedikit menambah keuntungan baginya itu sudah sangat membuatnya  bahagia. Bisa untuk menambah pendapatannya yang berarti menambah jatah belanja untuk makan keluarganya.

Pada bulan Ramadan yang penuh berkah ini,  orang berlomba-lomba untuk memberikan sedekah dan zakatnya pada mereka yang membutuhkan kesana-kemari, namun sangat disayangkan bila di sisi lain dia masih memperlakukan Mbok-mbok atau simbah --simbah penjual di pasar tradisional seperti itu.

Kalaulah kita belum bisa berbagi materi yang banyak kepada  yang membutuhkan, uang kembalian atau  daripada kita nawar itu saja yang kita gunakan untuk berbagi. 

Connecting Happiness dengan Mbok-Mbok bakul sayur juga akan menyenangkan mereka, dan menambah pundi-pundi amal kebaikan buat kita, walaupun kecil nilainya pasti Tuhan akan mencatatnya sebagai amal kebaikan bagi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun