Foto Mas Trias dari FB beliau.
Beberapa hari yang lalu saya mendapat kabar bahwa Pak Triasyusuf Prasetyautomo sakin di ICU dalam keadaan sudah tak sadarkan diri, sebenarnya saya sudah berencana untuk membezuk beliau di RS sabtu besok, namun betapa terkejutnya saya pagi-pagi saya mendapat telpon yang mengabarkan bahwa Pak Trias sudah tiada. Inalilaihi wa'inalilaihi roji'un beliau telah berpulang pada kamis malam sekitar jam 11.30 malam. Kami jadi merasa sangat kehilangan.
Pak Triasyusuf Prasetyautomo adalah dosen yang selalu akrab dengan para mahasiswanya ini biasa dipanggil dengan sebutan Mas Trias. Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNDIP Semarang ini mengampu untuk jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mas Trias yang mengajar untuk bidang Filologi atau Sastra lama merupakan aset Filolog yang sudah langka di Indonesia. Beliau juga merupakan wakil dari UNICEF , dan merupakan ahli Bahasa Sansekerta dan bahasa Jawa Kuno. Banyak juga hasil penelitiannya yang mengupas tentang Babad, Sastra Pesisir dan terakhir beliau sedang merekontruksi tentang Sastra Tiong Hwa.
Kecintaan beliau pada bidang Sastra lama membuahkan banyak buku diantaranya yang mengupas tentang Dolanan Tradisional Jawa, Babad Sumenep dan Cerita tentang Panji. Beliau juga sering mengajak mahasiswa dan mantan mahasiswanya untuk ikut terlibat dalam suatu penelitian yang sedang beliau kerjakan. Apalagi untuk bidang Filologi dari dulu sedikit sekali peminatnya, maka beliau selalu mengajak para lulusan Filologi untuk tetap peduli pada naskah-naskah lama yang masih banyak belum terjamah di perpustakaan-perpustakaan, bahkan banyak Filolog asing yang lebih terlaten membedah naskah-naskah kuno yang warisan leluhur bangsa Indonesia.
Ada satu hal yang permintaan beliau yang belum saya laksanakan, beberapa bulan yang lalu beliau mengajak saya untuk menulis tentang adat budaya Kudus serta korelasinya dengan Sastra pesisir yang masih berkembang sampai sekarang. Sayang saya mengulur-ngulur waktu begitu saja, sampai berkali-kali beliau menanyakannya. Ada perasaan menyesal juga ada permohonan beliau untuk menulis kisah tentang kelahiran beliau di Kudus belum juga sempat tertulis. Mas Trias pernah mengisahkan bahwa beliau sebenarnya lahir di Kudus, walaupun sebenarnya orangtuanya tinggal di Surakarta. Menurut penuturan beliau, ibunya sedang hamil tua saat hendak menemui juragan cengkeh di Omah Kapal, namun karena sakit atas kehamilannya sang Ibu minta jamu di Nyah Bancan, hingga akhirnya pecah ketuban dan segera dibawa ke Rumah Sakit, menurut penuturan Mas Trias dari ibunya, Rumah Sakit itu terletak di dekat pasar dan terminal dan tak jauh dari Stasiun Kereta, sehingga saya menyimpulkan bahwa Mas Trias lahir di Rumah Sakit Umum Kudus, pada tanggal 1 april 1959.
[caption id="attachment_345680" align="aligncenter" width="300" caption=" Mas TriaS Muda. foto album beliau di FB"]

Beberapa bulan yang lalu Mas Trias menyempatkan diri untuk datang ke Kudus, untuk melihat tanah kelahirannya sekaligus menikmati makanan kesukaan beliau, yaitu Sate Kerbau. Maka kami pun menikmati Sate Kerbau di warung pinggir jalan di Gang 2 Kudus, sambil makan beliau banyak menuturkan tentang kisah hidup beliau.
Mas Trias juga mengisahkan bahwa beliau mempunyai 30 anak asuh yang dibiayai pendidikannya, beliau ingin anak-anak Yatim tidak putus sekolahnya hanya karena tak ada biaya. beliau sendiri mempunyai 3 orang putra, Key, Day dan Pay.
Hari ini Jum'at 9 Januari 2015 kami telah kehilangan sosok yang begitu bersahaja, pandai dan rendah hati, untuk menghadap kepada Sang Khaliq , untuk segera mengakhiri tugas-tugasnya di dunia. Namun ilmu yang telah beliau berikan tak kan pernah mati, selalu mengalir sebagai amal baik yang akan menemani menuju Surga keabadian di Sisi-Nya. Selamat jalan Mas Trias, kami selalu mengenangmu, doa-doa akan selalu mengalir buat guru-guru kita. Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa fu anhu. Amin.
Kudus, 9 Januari 2015
Dinda Pertiwi