Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membahagiakan Lansia Tetap Aktif Secara Sederhana

8 Januari 2021   11:02 Diperbarui: 8 Januari 2021   17:52 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: www.pixabay.com

Kehidupan manusia sejak di rahim seorang ibu, lahir, tumbuh kembang menjalani masa batita, balita, anak-anak, remaja, dewasa dan manula. Setiap peralihan ada masa transisi yang sering membuat kecemasan, ketidak nyamanan, dan kekhawatiran. Namun berdasarkan pengamatan masa remaja ke dewasa dan masa dewasa ke lansia ada masa transisi yang berproses baik secara fisik maupun psikis. Masa transisi yang rawan dilalui, sehingga perlu persiapan lahir batin dan pengertian lingkungan sosialnya.  

Masa remaja ke dewasa, pikiran masih belum matang, penuh gejolak, ego tinggi, tidak mau mengalah, pingin menang sendiri, semua orang harus memahami tetapi tidak mau memahami perasaan orang lain. Tindakan yang diambil tidak berdasarkan perencanaan tetapi perasaan dan emosi sesaat. Kondisi "labil" ini harus ada yang  mendampingi, mengayomi, mengarahkan, melindungi, menasehati supaya tidak menyesal berkepanjangan.

Sedang dari masa dewasa ke lansia, bagi orang kantoran baik pemerintah maupun swasta sering mengalami "post power syndrome". Kondisi ini karena saat masih aktif, mencapai karir puncak, mempunyai kekuasaan, pengaruh, fasilitas, dan dihormati semua orang. Namun memasuki batas usia pensiun semua yang pernah dimiliki lepas/hilang. Apa yang terjadi ?. Bagi yang tidak siap, pensiun berarti "terpenjara". Biasa mempunyai mobilitas tinggi, tiba-tiba semua terhenti, "jobless", tidak ada kegiatan dan kesibukan. Waktu masih aktif disanjung-sanjung, disegani, karena jabatan, pangkat, mempunyai wewenang, masuk pensiun harga diri dan kehormatannya hilang. Diakui, tidak semua orang saat memasuki masa pensiun mengalami hal itu, justru ada yang merasa "terbebas" dari rutinitas.  

Menghadapi masa pensiun, ada instansi yang memberi pembekalan bagi pegawainya. Materinya tentang kesehatan, motivasi, rencana aktivitas di masa pensiun menyalurkan hobi, passion, memperdalam agama. Namun tidak sedikit yang belum "ikhlas" masuk batas usia pensiun, sehingga mengalami "post power syndrome" belum siap lahir batin. Kondisi ini dapat menganggu kesehatan berupa pneumonia, hipertensi, diabetis, stroke, katarak, dimensia, depresi dan penurunan kapasitas fungsional. Akibatnya tidak dapat menikmati masa pensiun yang indah dan menyenangkan. Padahal sudah terbebas dari beban pikiran, rutinitas yang membosankan, dan intrik-intrik di perkantoran yang berbau politik praktis.

Di Komplek Perumahan saya mayoritas para pensiunan, dibanding yang masih aktif bekerja. Artinya lingkungan saya para pensiuan dengan aktivitas atau kehidupan sesuai sesuai hobi. Ada yang menjadi pelayan di tempat ibadah, melakukan olah raga tipis-tipis, atau membaur dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Saya pribadi menikmati masa pensiun sesuai "passion", menulis yang ditayangkan di blog kroyokan "Kompasiana", dan menjadi anggota kompasianer tertua di komunitas K-JOG. Namun tetap nyaman karena anggota lainnya menerima dengan suka cita. K-JOG sering mengadakan event yang mewajibkan peserta setor tulisan di tayangkan di https://www.kompasiana.com  dan posting di Instagram, sungguh sangat menyenangkan.

Kembali ke soal lansia, agar tetap semangat menjalani rutinitas tanpa tuntutan, target dan menikmati waktu 24 jam sebagai "me time", maka perlu diisi dengan:

  1. Melakukan kegiatan yang disenangi, apalagi menjadi passion (menulis, membaca, berkebun, bertanam), asal tetap menjaga kesehatan dengan pola makan dan pola hidup sehat. Kalau sudah passion itu menulis tanpa dibayar pun merasa bahagia karena telah berbagi kepada sesama khususnya yang membaca.
  2. Menentukan hiburan  lewat media sosial dalam mengisi kesunyian dan kesepian karena anak-anaknya sudah tidak serumah. Bila mendapat larangan langsung dengan kata-kata yang menyakitkan pasti akan sedih dan kondisi ini dapat menganggu imunitas.
  3. Mendapat perlakuan, sikap yang menyenangkan dari anak-anaknya. Jangan langsung menentang, menginterogasi apalagi menghakimi apa yang menjadi kesenangan dan hiburan orang tua yang mempunyai simpati, empati, terhadap siapapun yang perlu pertolongan. Bahwa memberi pertolongan tidak harus berupa materi tetapi sikap ramah dan tulus ikhlas memberi senyuman kepada semua orang.   
  4. Memberi dukungan secara moril dan material bila orang tua mempunyai niat berbagi doa, support, perhatian untuk anak yang kurang beruntung. Minimal ikut bahagia dan bangga bila orang tuanya, dapat berbagi motivasi, semangat, kepada anak yang mempunyai beban hidup terlalu berat. Syukur  anak-anaknya turut serta memberi dukungan sehingga orang tuanya terhibur, bersemangat dan senang.  
  5. Menjadi pendengar,  memberi perhatian dengan penuh rasa hormat, membahagiakan lansia tidak harus memberi materi berlimpah, tetapi menunjukkan sikap, perilaku dengan sopan, berbakti, itu sudah sangat menyenangkan.    
  6. Menerima kehadiran anak orang lain yang bersedia, dengan senang hati dan ikhlas menemani orang tuanya. Hal ini karena anak-anaknya sendiri tidak dapat menemani dalam kesehariannya. Tindakan lansia ini  semestinya mendapat dukungan anak-anaknya, karena menanam kebaikan itu tidak ada ruginya. Jangan menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan karena ego pribadi, apalagi irihati, dan mengatakan tidak adil. Hal ini sangat melukai dan menyakitkan nurani lansia, yang merasa memperlakukan sangat adil dan proporsional.
  7. Memberi kesempatan lansia untuk berbagi pengalaman hidup kepada siapapun yang dianggap memerlukan dan sudah dipertimbangkannya. Semangat yang terus menyala menjadi modal utama bagi lansia dalam menjalani masa-masa pensiun yang sunyi dan sepi. Tindakan memberi kesempatan termasuk membahagiakan lansia. Jadi sangat sederhana bukan ?.
  8. Bila tidak ada masa pandemi Covid-19 mendukung lansia melakukan aktivitas berkumpul (reuni) dengan teman-teman seangkataan di sekolah/kuliah dan teman kerja. Termasuk melakukan gowes, dolan bareng, kuliner bareng, atau sekedar merajut silaturahmi dengan teman-teman seperjuangan, dan anggota komunitas yang dapat memberi energi positif.
  9. Membiarkan aktif di media sosial dan menjalin  kontak secara intensif dengan orang-orang yang  sudah terseleksi dengan cermat, teliti, hati-hati latar belakang keluarga, lingkungan sosial, dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan, untuk berbagi pengalaman kehidupan, dan menjalin jejaring persaudaraan dan kekeluargaan.   

Jadi bagi yang masih mempunyai lansia, tolong dijaga agar tetap masih aktif, karena bahagia mereka adalah bahagia anak-anaknya. Mempunyai lansia mandiri, tidak pikun masih aktif itu perlu disyukuri dan dinikmati. Jangan membuat lansia sedih, murung, menangis karena hatinya terluka oleh sikap, perilaku, tindakan, omongan anak-anak yang tidak setiap hari dapat membersamai karena pekerjaan atau keluarga. Kalaupun saat ini lansia di rumah ada yang menemani, perlakukan dia dengan baik, sapa dengan ramah, sopan, dan menyenangkan.

Yogyakarta, 8 Januari 2021 Pukul 10.16

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun