Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aksi Solidaritas Secara Spontan di Masyarakat

12 Agustus 2020   12:27 Diperbarui: 12 Agustus 2020   12:50 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi:https://jogja.suara.com (Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora)

Tamu tidak diundang bernama Covid-19 sudah lebih dari 5 (lima) bulan belum ada tanda-tanda akan pergi dari Indonesia. Entah kapan perginya tidak ada yang tahu, padahal membuat was-was, saling curiga, dan menyingkir bila ada orang bensin dan batuk. Covid-19 tidak hanya masalah kesehatan, tetapi roda perekonomian nyaris terhenti total karena tidak ada aktivitas di luar rumah. Bekerja, sekolah/kuliah, beribadah dilakukan dari rumah untuk penyebaran Covid-19. Droplet, menjadi biang yang dapat seseorang dapat terpapar. Covid-19 dapat menyerang siapa saja, termasuk tenaga kesehatan sebagai garda terakhir bagi orang yang menjalani perawatan di Rumah Sakit.

Krisis kesehatan akibat Covid-19, berpengaruh di bidang ekonomi, agama, sosial, budaya, politik, pertahanan dan keamanan. Sejak pandemi Covid-19 di Indonesia, awal Maret 2020 berbagai upaya pencegahan dan pengobatan sudah dilakukan, korban meninggal dan terpapar dapat diminalisir. Sosialisasi tentang Covid-19, budaya hidup bersih dan sehat, melakukan semua aktivitas di luar rumah, PSBB, larangan mudik, tes rapit, tes swab. Menyediaan APD, RS rujukan Covid-19, tempat  tinggal para nakes, serta makam khusus untuk korban Covid-19 yang ditolak masyarakat, atau justru dimakamkan keluarganya tanpa protokol kesehatan.

Di sisi lain, dampak semua aktivitas dilakukan dari rumah, roda perekonomian nyaris terhenti. Rakyat kebanyakan yang mengandalkan tenaga dengan otot (buruh gendong, kuli bangunan, penjual nasi kuning, tukang bubu ayam, gojek, penjual bakso, siomay) keliling tidak dapat berdaya, nyaris tidak dapat makan karena tidak kerja. Kondisi ini terus dirasakan oleh orang-orang yang bekerja di pabrik, mall, perusahaan swasta, pegawai tidak tetap, mulai di rumahkan, diberhentikan sementara, di PHK. Untuk PNS, ABRI/TNI, pegawai BUMN, perusahaan multinasional masih tetap mendapat gaji dan tunjangan kinerja setiap bulan, walau kerja dari rumah.

Rakyat kecil, pekerja sektor informal, otomatis tidak bekerja karena di rumahkan, di berhentikan sementara, di PHK. Artinya pendapatan nihil, zonk, tetpi kebutuhan makan, bayar listrik, sewa rumah, bayar air, angsuran kredit, SPP, UKT terus berjalan. Beruntung yang mempunyai tabungan, masih bisa memenuhi kebutuhan untuk makan sehari-hari, walau harus tetap berhemat. Kalau tidak ada tabungan, berharap si godot datang menghampiri. Godot disini diartikan sebagai seorang dermawan yang terketuk hatinya untuk memberi bantuan saudara, tetangga, kenalan, orang lain yang kelaparan karena tidak bisa membeli beras, susu, lauk pauk.   

Darurat Covid-19 memunculkan aksi solidaritas secara spontan baik perorangan, komunitas, organisasi profesi. Mereka bergotong royong, bahu membahu tanpa pamrih membantu sembako untuk orang-orang yang terdampak Covid-19. Prioritas tetangga kanan kiri, didata yang tidak bekerja dan tidak ada bisa makan diberi sembako.

Gerakan sosial ini juga dilakukan ibu-ibu dengan ide kreatifnya  menyumbangkan beras, bahan sayur, telur, digantung di pagar depan rumahnya. Siapa yang membutuhkan dapat mengambil secara gratis 1 (satu) paket sembako. Muncul donatur dadakan secara suka rela berpartisipasi untuk meringankan beban bagi yang kekurangan.

Namun ditengah kesemptitan ada yang memanfaatkan kesempatan mengambil paket plastik di pagar lebih dari satu, padahal naik motor, baju bagus, memakai perhiasan emas. Sementara orang yang kekurangan cukup mengambil satu plastik. Kalaupun disuruh mengambil lagi menjawab sudah "merasa" cukup dan terbantu. Artinya di tengah kondisi sulit ini pun ada orang yang "tega" dengan sengaja mengambil keuntungan untuk diri sendiri dan keluarganya.

Buktinya saat ada paket gratis mengambil lebih dari satu kantong plastik, padahal sudah tertulis "silakan ambil satu (1), bagi yang membutuhkan". Artinya mumpung gratis, tinggal ambil terus seenaknya tanpa memikirkan orang lain yang lebih membutuhkan. Memang tidak ada CCTV, tetapi yang nekad itu tidak sadar kalau perbuatannya tetap dicatat oleh malaikat untuk laporan kepada Allah SWT.

Selain aksi solidaritas dari masyarakat, pemerintah juga menggelontorkan dana bantuan sosial kepada para pekerja di sektor informal, melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Non Tunai (BNT), atau paket sembako. Diakui pelaksanaan dilapangan program PKH, BNT, dan paket sembako diwarnai dengan kericuhan karena perbedaan data penerima. Apa yang diajukan oleh pak Lurah secara berjenjang dari RT, RW, Dukuh, berbeda dengan data yang tersedia di Kemensos. Padahal kalau dirunut data dari bawah (lapangan) biasanya lebih valid dibanding data yang sudah ada, mengingat ada banyak perubahan.  

Setelah para pekerja sektor informal mendapat insentif dari pemerintah, kini giliran para karyawan yang bergaji dibawah Rp 5.000.000,-. Mereka akan mendapat bantuan tunai sebesar Rp 600.000,- setiap bulan, selama 4 (empat) bulan. Bantuan tunai ini diberikan mulai bulan September -- Desember 2020. Semoga bantuan tunai ini memberi manfaat bagi yang benar-benar membutuhkan, karena data  tersedia secara nyata nama calon penerima, besarnya gaji jelas dan transparan.

Yogyakarta, 12 Agustus 2020 Pukul 11.44   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun