Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Hari Sumpah Pemuda untuk Generasi Milenial

28 Oktober 2018   18:55 Diperbarui: 30 Oktober 2018   04:59 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tatkala para pemuda mengadakan Kongres Pemuda ke-2  tanggal 28 Oktober 1928, dengan peserta dari perwakilan organisasi pemuda di seluruh Indonesia, mengumandangkan persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia. 

Perwakilan pemuda dari Jong Java, Jong, Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatra, Jong Islam Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Betawi, melahirkan keputusan berupa ikrar yang mempersatuan Pemuda Indonesia. Kongres ini sebagai kristalisasi untuk mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka dengan berjuangbersama melawan penjajah Belanda. 

Inti dari ikrar itu bahwa pemuda Indonesia bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa persatuan Indonesia. Artinya pemuda dari perwakilan berbagai organisasi itu bersumpah untuk menjalin persatuan dan kesatuan dalam perjuangan untuk menggapai kemerdekaan segera terwujud.

Tantangan pemuda saat itu berjuang untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemuda identik perubahan, petualanagan, perjuangan, suka menerima tantangan dengan semangat menggelora. Rhenald Kasali mengataka:"Hanya pemuda yang suka perubahan bakal meraih kesuksesan, sementara pemuda yang tidak mau berubah akan tetap terpuruk dan menjadi orang tertinggal". 

Demikian juga Presiden pertama Sukarno dengan tegas mengatakan:"Peran pemuda yang bisa diandalkan untuk melakukan perubahan". Bahkan Sukarno menyatakan :"kedahsyaratan pemuda sebagai agen perubahan", sehingga dalam pidatonya mengatakan:"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucerabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia".

Peran pemuda saat ini tetap berjuang bukan dengan fisik dan senjata bambu runcing, tetapi pikiran, kreativitas, inovasi, untuk melawan kebodohan dan darurat narkoba, pornografi, dan hoaks karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Para pemuda pun juga dituntut perannya secara bersama-sama untuk melawan kondisi darurat tersebut. 

Termasuk dalam bermedia sosial harus bijak untuk melawan hoaks, tidak mudah terkena hasutan, propokasi, propaganda, yang tujuannya untuk memecah belah nilai-nilai kesatuan dan persatuan yang sudah dimiliki para pemuda di Indonesia. Bahaya hoaks dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa yang dengan sengaja ditiupkan dan disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak suka dengan perdamaian. 

Apabila setiap pemuda sebagai generasi milenial dapat bermedia sosial dengan bijak, tidak terpengaruh dengan hoaks, ruang publik menjadi nyaman, tidak ada kebencian dan penyebar hoaks  pun kehabisan energi sendiri.

Pemuda yang mempunyai daya beli sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan pulsa, lebih baik dimanfaatkan untuk menelusur informasi yang menambah nilai plus, kompetensi, wawasan dan pengetahuan daripada untuk mengakses informasi hoaks. 

Apalagi pemuda mempunyai energi, semangat yang luar biasa, sangat sayang bila sampai "terpapar" dengan gadget, sehingga  menjadi generasi "merunduk" (pandangan, konsentrasi, jari jemari asyik menari diatas keyboard gadget). 

Kondisi inipun sudah mulai memprihatinkan di kalangan pemuda yang justru energinya terkuras untuk melakukan pekerjaan yang tidak produktif dan a-sosial, karena sudah "kecanduan" games online. Disinilah peran orang tua khususnya ibu sebagai guru/pendidik yang pertama dan utama untuk mengarahkan anak-anaknya sejak dini dalam memanfaatkan gadget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun