Perjuangan rakyat Indonesia dengan pengorbanan pikiran, strategi, harta, jiwa, raga, darah, dan air mata sebagai perjalanan panjang menuju gerbang kemerdekaan dan membentuk negara yang berdaulat, bebas tanpa campur tangan penjajah.
Semangat dan keikhlasan para pejuang dan pahlawan yang gugur pantang menyerah, berjuang sampai titik darah penghabisan demi mewujudkan cita-cita bersama kemerdekaan. Dalam perjuangan menuju kemerdekaan tidak mengenal asal-usul, daerah, suku, agama, bahasa, jenis kelamin, profesi, semua bersatu padu melawan musuh bersama penjajah.Â
 Pada tanggal 16 Agustus 1945, para pengikut Sutan Syahrir menghendaki segera dilakukan pegambilalihan kekuasaan oleh Indonesia dari Jepang . Pada siang hari mereka berkumpul di rumah Hatta, dan sekitar pukul 10 malam di rumah Soekarno.
Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.
Akhirnya setelah melalui perdebatan, strategi politik Ir. Sukarno, Muhammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Setelah pembacaan naskah proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik, dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih yang dijahit oleh Fatmawati, dengan pengibar bendera Latif Hendraningrat, S. Suhut dan Tri Murti (GNFI).
Tidak bisa dipungkiri pemuda, pemimpin tua, dan pemimpin agama selalu mengawal detik-detik yang menentukan walau harus berdebat, mengajukan argumen, demi untuk kemerdekaan. Namun perdebatan dengan semangat untuk menghadapi musuh bersama penjajah, persatuan dan kesatuan tetap solid, bukan dengan semangat memecah belah (devide et impera).
Semangat pemuda yang tanpa pamrih untuk menumpas kebatilan, masih terus  bergelora sampai saat ini dari Sabang sampai Merauke. Walaupun ketika perjuangan berhasil yang menikmati justru "para pahlawan kesiangan", yang "mendompleng" perjuangan pemuda.
Pengorbanannya ketika menyuarakan hati nurani rakyat yang tertindas, taruhanannya bukan sekedar dijebloskan penjara, tetapi nyawa.
Semangat perjuangan para pemuda, pada tahun 2018 menjadi titik balik untuk menyatukan energi dalam menghadapi pertandingan olahraga di ajang bergengsi Asian Games di mana Indonesia menjadi tuan rumah. Perjuangan para atlet yang notabene masih muda-muda, para pelatih dan ofisial, menjadi ujung tombak untuk mengisi kemerdekaan dengan prestasinya di bidang olah raga.
Seluruh rakyat Indonesia bersatu padu, mengangkat tangan seraya memanjatkan doa kepada Allah SWT agar dapat mengharumkan nama Indonesia melalui prestasi yang diraih para pejuang olahraga.
Pesta Asian Games yang akan dilaksanakan di Jakarta dan Palembang pada tanggal 18 Agustus sampai 2 September 2018 ini, sangat bertepatan dengan suasana Hari Ulang Tahun Indonesia. Bukan suatu yang kebetulan, namun pesta olahraga yang digelar di Indonesia ini menjadi kado terindah bagi HUT RI yang ke-73, dengan prestasi yang dihasilkan para atlet.