Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Target di Bulan Puasa, Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Ibadah

16 Mei 2018   10:55 Diperbarui: 16 Mei 2018   15:46 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan suci Ramadan 1439 H menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dimulai pada hari Kamis tanggal 17 Mei 2018. Persiapan lahir batin sudah dilakukan, agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan lancar, tanpa aral suatu apapun. Khususnya bagi ibu-ibu bulan ini sebagai ujian secara fisik dan psikis, karena ada kewajiban menyiapkan makan sahur, dengan mengubah pola tidurnya. Bagi yang tidak terbiasa bangun sepertiga malam, hal ini tentu sangat berat karena godaan rasa kantuk yang mendera. Selain itu ujian psikis,batiniah yang perlu kesabaran dan daya juang untuk membangunkan anak-anak (apalagi usianya dibawah 10 tahun), yang masih dalam taraf “latihan”  menjalankan ibadah puasa.

Menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing umat, untuk anak-anak harus dikenalkan sejak dini, agar setelah dewasa mempunyai sikap, tabiat, karakter, budi pekerti, etika dan kepribadian yang baik. Orang tua terutama ibu menjadi guru yang pertama dan utama, serta keluarga sebagai madrasah yang ideal bagi anak-anaknya agar dapat menjalankan ibadah sesuai dengan syarat dan rukunnya. 

Sebagai orang tua tentu mengingingkan anak-anaknya tumbuh kembang dengan baik, seimbang mempunyai tingkat kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual dengan baik dan benar. Bukan kecerdasan yang “tersesat” karena masuknya paham yang justru merusak dan bertentangan dengan agama yang dianutnya.

Orang tua (ibu dan bapak) mempunyai peran dan tanggungjawab yang strategis  dalam mendidik anak-anaknya untuk dapat mengenalkan, memahami, mempraktekkan, dan meningkatkan kualitas ibadahnya. Anak-anak ibaratnya kertas putih, bersih, suci, polos yang dapat dilukis dengan warna, corak sesuai kehendak orang tuanya, sehingga menjadi mozaik yang indah, menawan, atau berantakan tanpa karakter dan berantakan. 

Teori yang muluk dari para ahli memang perlu, namun yang penting aplikasi dan praktek nyata, contoh konkrit dari orang tua yang dapat dirasakan, dilihat, dan dilakukan oleh anak-anak. Disinilah orang tua perlu memberi bimbingan dan pendidikan dalam menjalankan ibadah.

Bulan puasa ini sekaligus menjadi media untuk instrospeksi diri tentang kualitas ibadah untuk para orang tua, sudahkan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya ?. Terbaik bukan berarti sudah cukup menyekolahkan di sekolah “favorit”, memberi handphone tercanggih, uang saku banyak, membelikan sepeda motor “Satria”, atau mobil. Baju, sepatu, tas, bermerk  dari mall bergengsi (grand Indonesia), itu sah-sah saja sepanjang dana yang tersedia. Termasuk  makan di resto, seafood,super enak dan mewah, menginap di hotel bintang 5 di kamar “presiden suite”, semua itu tidak ada undang-undang yang melarang apalagi memberi sangsi administratif maupun pidana.

Namun di bulan puasa yang penuh rahmat di 10 (sepuluh) hari pertama , ampunan di 10 (sepuluh) hari ke dua, dan 10 (sepuluh) hari ke tiga pembebasan dari api neraka, sebaiknya menjadi momen yang sangat baik untuk meningkatkan ibadah khususnya untuk penulis. Pemaknaan pembagian dalam bulan puasa ini untuk meningkatkan iman dan takwa kepada Alloh SWT. 

Bukan malah sebaliknya, masjid penuh jama’ah ketika di awal puasa, di tengah, apalagi hari terakhir menjelang Idul Fitri, masjid berkurang jama’ahnya karena sibuk dengan persiapan idul fitri. Hal ini yang harus dihindarkan, dan “ujian” berat untuk mengekang/memerangi hawa nafsu agar tetap dapat menjalankan ibadah puasa dan ibadah lainnya tetap konsentrasi dan semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya.

Sejak awal harus mempunyai target amalan ibadahyang akan dilaksanakan selama bulan puasa, karena sesuai janji Alloh SWT, akan melipat gandakan pahala selama bulan suci Ramadan. Bahkan tidur pun mempunyai nilai ibadah, karena dari pada melakukan “ghibah”/menggunjing orang lain, lebih baik tidur sehingga terhindar dari dosa. Selain itu memberi makan orang yang berpuasa pahalanya seperti orang yang mengerjakan puasa. 

Memperbanyak sodaqoh, infak, amal jariah, menyantuni duafa, anak yatim piatu, membayar fidyah (bagi ibu yang sedang hamil/menyusui, orang yang sudah tua dan tidak kuat puasa).

 Hal yang paling tidak boleh dilupakan adalah membayar zakat firah paling lambat sebelum sholat I’dul Fitri berupa bahan pokok makanan, biasanya beras sebanyak 2,5 kg per orang. Jadi bila dalam keluarga itu ada 6 (enam) orang, maka wajib membayar zakat fitrah sebanyak 15 kg beras yang biasa dimasak. Kalau setiap hari beras yang dimasak jenis Rojolele, maka yang dibayarkan ke takmir masjid juga beras Rojolele. Kalau tidak sempat untuk membeli beras, dapat diganti uang seharga beras tersebut. Artinya Islam itu mudah, simple bukan mempersulit dan memberi beban pada penganutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun