Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teori Bola, Bila Ditekan Keras Justru Melejit ke Angkasa

15 April 2018   15:53 Diperbarui: 15 April 2018   16:47 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ungkapan ini asli dari pemikiran sendiri dan tidak untuk ber “puisi”, karena bukan ahlinya untuk membuat bait-bait kata. Pemikiran ini muncul sebagai reaksi batiniah seorang “abdi negara”, yang selalu  ketemu dengan “pecundang” (orang yang menghasut) kepada pimpinan. Dalam satu ruangan kantor, setiap pegawai mempunyai karakter dan kepribadian berberda.

 Ada pegawai yang jujur, baik hati,  ikhlas, pekerja keras , profesional, dan berprestasi. Sebaliknya ada pegawai yang “kelihatan” baik, namun menyimpan “niat jahat”, untuk menjatuhkan rivalnya dengan berbagai cara dan upaya. Lingkungan kerja yang demikian sangat tidak kondusif, karena apapun yang dilakukan oleh orang yang baik selalu “diputarbalikkan” data, fakta, informasi oleh pecundang.  Sangat merugikan produktivitas kerja dan pelayanan terganggu oleh ulahnya, karena “bisikan” yang berbisa.

Pecundang itu “bergentayangan” dimana-mana, karena sangat ambisius untuk menyingkirkan rival yang dianggap mengganggu “akal bulus” untuk mencari keuntungan pribadinya. Bila rencana busuknya tidak dapat dilakukan sendirian, tanpa segan dan nekat langsung ke pimpinan untuk membuat laporan “palsu”. Argumen licik dengan segala tipu daya untuk “mempengaruhi” kebijakan pimpinan supaya taktiknya berjalan mulus. Namun pimpinan yang bijaksana tidak mudah dipengaruhi dan percaya begitu saja laporan yang menyesatkan, apalagi melangkahi kewenangannya.

Masalah muncul bila pimpinan terpengaruh dan percaya omongan pecundang, tanpa ceck and receck, dan terlanjur menjatuhkan keputusan , yang ternyata salah. Pecundang tidak kehilangan akal, fitnah terus diluncurkan dan disebarkan ke manapun dia berada. Sejatinya pecundang itu  melakukan tindakan “jahat dan keji” hanya untuk menutupi “kekurangan”, dirinya karena tidak sebanding rivalnya. Perasaan iri hati menggelayut bila rivalnya yang muncul ke publik karena kerja keras dan kerja cerdasnya sehingga menjadi idola semua orang termasuk pimpinan.   

Kondisi ini semakin “membakar hati pecundang” agar rivalnya jatuh tersungkur. Pecundang “tertawa” bila ada orang sedih, dan sedih bila ada oranglain bahagia/mendapat keuntungan/berprestasi. Pecundang “tidak sadar diri” kompetensi profesional (pengetahuan, keahlian, sikap kerja) maupun personal (kepribadian dan interaksi sosial), yang dimiliki. Karakter pecundang itu tidak mempunyai integritas, suka menfitnah, egois, sombong, tidak mempunyai ide, ambisius , tidak bertanggung jawab, dan iri dengan keberhasilan orang lain. Selain itu biasanya “bermasalah dengan keuangan”, (banyak mempunyai hutang, bahkan sampai nol rupiah struk gajinya).

Bagaimana sikap rival pecundang ?. Apakah membalas kejahatan dengan kejahatan ?. Apakah balik lapor pimpinan dan mencari dukungan ?. Rival yang baik hati tentu tidak perlu meladeni tingkah laku, dan polah pecundang. Biarlah saja, hadapi dengan sabar, tawakal, dan tunjukkan jiwa besar. “Kejahatan tidak perlu dibalas dengan kejahatan, namun balaslah dengan kebaikan”, walau ini sangat menyakitkan. Fitnah keji, kejam, memlintir data, fakta, dan informasi balas dengan prestasi. Biarlah orang lain yang menilai mana “emas asli” dan mana “emas palsu”, kebenaran pasti akan datang walau terlambat.

Bola yang bulat ketika ditekan dengan keras justru akan melenting lepas ke angkasa tanpa bisa dikendalikan melintas batas, sekat, tembok, ruang dan waktu. Tidak ada yang bisa menghalangi ketika “tangan pertolongan” dari Alloh SWT itu telah menghampiri dan mengangkat “derajad” orang yang didholimi, yang doanya langsung dikabulkan. Jangan abaikan orang yang “diam”, tidak melawan, tertindas, teraniaya itu sering mendapat “kekuatan” yang sangat tepat di luar nalar manusia. Semua ini untuk memberi “alarm” bahwa nafsu angkara murka yang dimiliki oleh para pecundang itu sebenarnya dengan mudah dihancurkan oleh keprasahan dan pertolongan Alloh SWT.

Dalam dunia kerja yang setiap hari sepertiga waktunya dihabiskan di kantor, sangat tidak nyaman bila ketemu dengan pecundang. Tipikal pecundang itu ada disekitar kita, hadir setiap saat. Bahkan pecundang itu bisa mempunyai sifat “bunglon” cepat menyesuaikan dimana dia berada. Di atas tanah bisa berwarna hitam kecoklatan seperti tanah, didedauan bisa berubah warna hijau, dan diatas mawar merah berduripun bisa berubah menjadi merah.   

Pecundang menerapkan strategi “katak” dengan teman dibawahnya menginjak, dengan teman selevel/sejajar menyikut kanan, kiri, dan dengan atasan menjilat. Sangat merugikan, kalau diberi tanggung jawab tidak amanah, apalagi memikirkan “kesejahteraan” anak buah. Pikirannya “cerdik” untuk memanipulasi data, fakta, dan informasi , omongannya bagaikan racun yang mematikan. Sungguh mempunyai teman dengan karakter pecundang dapat menguras energi dan perasaan, namun lebih  rugi bila hanya berkutat mengurusi tabiat dan wataknya, ibaratnya berjalan di tempat, dan tidak produktif.

 Yogyakarta, 15 April 2018 pukul 15.22

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun