Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bagi sebagian orangtua mungkin terasa asing, termasuk saya yang notabene bukan seorang pendidik di sekolah.
Walaupun anak bungsu sering bercerita tentang mata pelajaran, tetapi hanya sebatas teori. Untuk mengetahui lebih banyak, ketika ada undangan menghadiri acara 'Gebyar P5' saya sempatkan hadir ke sekolah.
Sebagian siswa, guru, wali murid, pagi itu berkumpul di halaman sekolah untuk menyaksikan penampilan siswa kelas sepuluh.
Penampilan mereka dalam rangka pembelajaran P5 dengan tema 'Bhineka Tunggal Ika'.
Sesekali terdengar suara gelak tawa, tepuk tangan dari penonton. Di tengah suara nyaring pembawa acara, terdengar seorang ibu menyapa dengan sopan, "Wali murid kelas berapa, Bu?"
Saya pun menoleh, akhirnya kami saling memperkenalkan diri. Dia ternyata salah seorang guru SMAN tersebut, mengajar kelas sepuluh, mata pelajaran PKN. Obrolan pun semakin seru ketika Bu guru yang sering disapa Bu Elvi menjelaskan tentang P5.Â
Sedikit harus pasang telinga agar terdengar. Tak jarang saya sering berkata, "Maaf, Bu tidak terdengar jelas."
"Pihak sekolah sudah mengundang orangtua siswa untuk menyaksikan gebyar P5 ini, agar tahu hasil dari kurikulum P5 ini. Pasalnya selama dua pekan ini anak-anak kan sering kerja kelompok hingga malam untuk membuat rumah adat, dan lain-lain. Namun sayang, hanya sedikit yang hadir."
Tidak bisa dipungkiri, orangtua tidak sempat menyaksikan hasil anak-anak di sekolahnya karena sibuk. Sebagian dari mereka adalah pekerja.
Apa itu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
