Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani N dideso

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Bandingkan Anak dengan Orangtua yang Awet Muda

23 November 2022   10:45 Diperbarui: 23 November 2022   11:01 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebersamaan anak dan ibu. "Jangan bandingkan amak dengan ibunya. Foto by Lifestyle Okezone

Hallo, Bunda tentu pernah mengalami atau mendengar orang lain berkata kalau anak gadisnya mirip ibunya, bahkan seperti adik kakak, karena ibunya tampak awet muda.

Seperti yang pernah saya alami. Sebenarnya saya tidak awet muda amat, tetapi ada saja yang mengatakan kalau saya awet muda. Saya sih tahu, itu bercanda apalagi jika disampaikan di hadapan anak. 

Orang  kadang kan suka keceplosan bicara agar suasana ramai, akrab. Kalau menurut bahasa saya mah, basa-basi. Saya juga pernah berkata demikian pada mamahnya teman anak saya. 

"Eeeh lama tak bertemu, sekarang anaknya sudah besar, hampir sepantaran, jadi mirip adik kakak deh."

Ternyata bagi sebagian anak itu tidak menyenangkan. Mereka tidak mau dibandingkan, katanya, "Ojo dibandingne".

Pengalaman Ketika Dibilang Awet Muda

"Hayu jalan santai sama Mamah!" ajak saya suatu pagi kepada anak pertama yang masih duduk di kelas 3 sekolah menengah pertama.

Dia yang tadinya rajin lari pagi keliling kampung, pagi itu entah kenapa malas. Hari Minggu yang biasanya gesit ganti pakaian, malah tiduran lagi.

"Hayuu ko malah tiduran!" ulang saya.

"Gak mau, malas nanti ketemu Mbah Pur, sebel dia sering bilang, kita seperti kakak adik," jawabnya yang bikin saya kaget.

Mbah Pur adalah tetangga yang masih kerabat. Setiap pagi dia memang rajin jalan pagi. Sesekali kami papasan. Dia sering bercanda dengan mengatakan mamah sama anak mirip adik kakak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun