Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani N dideso

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Dari Mata Turun ke Cokelat, Bagaimana Sensasinya?

7 Juni 2021   17:25 Diperbarui: 7 Juni 2021   18:09 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak kenal cokelat? Makanan satu ini sangat digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa. Cokelat adalah makanan yang berasal dari biji kakao.

Pohon kakao menurut beberapa sumber tumbuh pertama kali di daerah Amazon utara, ke Amerika Tengah hingga Meksiko. Dan disuguhkan pertama kali pada 450 sebelum masehi dengan cara difermentasi. Pada abad ke 18 bangsa Spayol membawanya ke negaranya.

Mengutip dari laman kompas.com, di Indonesia cokelat mulai berkembang sekitar abad 19 dan 20,  Fadly Rahman seorang sejarawan kuliner sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjajaran menegaskan bahwa, "Budidaya kakao di Indonesia sudah berkembang sejak tahun 1560 dibawa oleh Spayol ke Filipina sebagai negeri koloninya, kemudian dari Filipina menyebar ke Minahasa."

Bagi masyarakat, cokelat memiliki filosofi kasih sayang, tanda cinta, komitmen. Itu sebabnya cokelat banyak digunakan sebagai hadiah kepada seseorang, terutama pasangan muda mudi. Cokelat juga diyakini bisa membangkitkan perasaan gembira, ceria, karena zat yang terkandung di dalamnya yakni phenyl ethylamine dan endorphin.

Seperti yang terjadi hari Minggu ketika saya dan putri sulung berkunjung ke rumah Pak Cahyadi Takariawan dan Bun Ida. Sebenarnya cokelat yang ada di meja belum dimakan, tetapi sudah menularkan rasa bahagia.

Rasa bahagia bukan saja di dapat dari cokelat. Kita bisa membayangkan jika bertemu dengan orang yang dikasihi, disegani, dijadikan panutan. Zat phenyl ethylamine secara otomatis akan memproduksi zat endokin. Itu sebabnya phenyl ethylamine disebut obat cinta.

Ciee siapa yang tidak dapat jatuh cinta pada pasangan seperti Pak Cah dan Bun Ida. Walaupun baru mengenal di kelas menulis Alineaku enam bulan lalu secara online. Saya sering bermimpi bertemu. Bukan modus, mimpi itu menjadi nyata.

Dok.Pri
Dok.Pri
Ternyata, putriku diam-diam menyukainya juga dan sering menyelipkan pertanyaan mengenai Pak Cah. Ketika ditanya balik kenapa tanya itu, dia hanya menjawab malu-malu, "Nggak tanya saja."

Bagaimana dengan Bu Ida? Nah itu antara Bu Ida dan cokelat ada hubungannya. Ketika pamit pulang beliau memberikan dua kotak cokelat. Jika dihubungkan, Bu Ida seorang ibu yang memiliki banyak cinta, memberikan gairah untuk bahagia dalam kondisi apapun.

"Tidak ada sesuatu yang lebih baik dari teman, kecuali teman itu membawa serta cokelat," kata Linda Grayson, penulis yang terkenal dengan bukunya Sweet Dreams, Sleepy Bunny.

Memberi cokelat pada seseorang tentu ada alasan, alasan cinta. Cinta ukhuwah, silaturahmi, cinta literasi, cinta seorang ibu, seperti ucapan putriku, "Bun Ida, keibuan."

Memakan cokelat akan memberi sensasi baru, bukan sekadar kenyang atau manis. Jika ingin kenyang, kita bisa makan nasi. Jika ingin manis, minum teh bersama pasangan. Hehe ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun