Sahabatku, tidak ada yang ingin sakit apalagi sampai masuk rumah sakit. Setiap pergantian bulan, kita selalu berdoa untuk dipertemukan dengan bulan Ramadan.Â
Qadarullah, sekuat apapun kita berusaha untuk tetap sehat. Jika Allah SWT., menghendaki sakit. Kita harus sabar menghadapi ujian itu.Â
Saya ingin berbagi pengalaman.
Sejak awal Ramadan sudah mendapat kabar tidak baik dari keluarga di Jawa Barat. Ibu sakit keras.
Tanggal 14 April, vidio call dengan Ibu. Beliau hanya bilang minta maaf atas semua kesalahan.
"Mimi tidak salah apa-apa, Teteh yang banyak salah sebagai anak. Mimi mau dirawat ya di Rumah Sakit, sekarang Teteh ke Majalengka."
Selesai salat tarawih, saya langsung meluncur pulang kampung. Sebelum berangkat, saya sempat vidio call lagi ketika Ibu sudah dirawat. Ibu tidak bisa bicara karena oksigen menutup mulutnya. Tangannya melambai, sesekali mengusap mata yang menangis. Tidak tahan melihatnya menangis. Ingin memeluknya, menghiburnya. Apa daya.
Waktu sahur, saya tiba di depan rumah sakit. Pagi hanya bisa menengok lewat monitor dan berbicara sebentar dengan perawat. Kunjungan sore, saya masih bisa vidio call. Ibu menangis juga sambil melambaikan tangan.
Sejak Ramadan pula, saya sering bolak balik antara Madiun-Cirebon. Hingga pada akhirnya menetap sementara di rumah adik untuk turut memantau perkembangan Ibu. Mimi adalah panggilan saya ke Ibu.
23 April 2021, Hari ketiga saya nunggu Mimi di ruang tunggu ICU RSUD. Ruang yang diisi para keluarga yang menunggu kabar baik dari perawat.
Kadang terdengar tangis dari keluarga ketika kembali ruang ICU.
Hari kedua, siang hari ada telepon, "Siap ke Cirebon sekarang, Bu, plasma sudah ada, tapi pastikan petugas memasangnya kapan supaya tepat waktu. karena tidak boleh lebih dari 4 jam." Â
Plasma kompalesen pada awalnya darah pendonor yang telah diperiksa. Melalui pemisahan mesin. Yang diambil hanya berupa kuning seperti minyak atau blue band.
Plasma segar hanya mampu bertahan di luar sekitar 4 jam.