Kemarin aku benar-benar tidak bisa menulis, dan kutulis lima alasannya. Â Ternyata bisa jadi tulisan.Â
Alasan-alasan itu intinya kemalasan, penulis pemula sepertiku sering malas akhirnya seribu alasan diucapkan demi menutupi kemalasannya.
Hari ini aku berkata, "besok aku akan menulis." Ketika hari itu tiba, tidak bisa menulis dan berkata lagi "besok akan menulis." Tidak ada ujungnya. Hehe.Â
Menurut June Whittle, "You procrastinate about stopping procrastination". Ini adalah tanda-tanda datangnya kemalasan pada penulis. Saat tiba waktu menulis, ada saja alasan untuk tidak menulis, dan berkata, "Aku bisa menulis besok."
Ketika kita menulis baru sadar, betapa banyak manfaatnya. Manfaat  setiap orang tentu berbeda-beda. Tergantung kepada tujuan awal menulis.Â
Apapun tujuannya, yang utama adalah mendapat kebahagiaan. Bahagia di sini bukan saja secara materi, tetapi bahagia hati.
Aku masih ingat ketika pertama kali belajar menulis. Seseorang mengatakan, "Kamu sepertinya banyak tekanan hingga akhirnya menjadi sebuah endapan."Â
Aku tidak paham apa maksudnya.
"Setiap obrolan, kamu selalu mengatakan takut, khawatir, tidak ah. Secara spontan kamu mengucapkannya, itu menunjukkan hati yang tidak bahagia," ujarnya lagi.
Takut, menunjukkan energi negatif yang menghambat kesuksesan.
Dalam KBBI takut diartikan perasaan gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana.Â
Berdasarkan pengertian di atas. Sangat jelas, sebelum mencoba melakukan sesuatu, sudah gentar, takut gagal, gentar terjadi bencana. Jika perasaan itu terus ada, keberhasilan akan sulit dicapai.
Teman pun mengatakan lagi, "Menulislah, kamu akan bahagia!"