Waaah ini benar-benar pertarungan tidak seimbang, sudah keterlaluan, tidak biasa. Biasanya jika mereka berebut barang, makanan, atau salah satu merasa terganggu, sang ibu selalu punya cara untuk mendamaikan mereka. Saat ini karena kepala keluarga ikut campur dan memihak adek. Sang ibu pun kecipratan bentakan sang suami.
Merasa puas dibela sang ayah, dengan lincah adek berlari hendak menerkam kakak. Sang ibu tidak kalah lincah menarik adik, dan membawanya ke kamar.
"Tidur, nangislah, berhenti berkata!" Tangan sang ibu mengelus dada adik.
Ibu melirik suaminya sedikit kesal.
Ayah memiliki alasan turut membentak kakak, namun dirasa kurang tepat cara memarahi kakak. Sang ibu hanya ingin jangan memihak salah saru di antara kakak dan adik.Â
Caranya dia akan memecah kubu. Terkadang karena emosi, orangtua pun akan bertindak di luar kesadaran. Tetapi tindakan barusan akan terukir buruk di otak kakak.
***
Ini kisah yang sering terjadi dalam keluarga. Sekilas terlihat remeh, dan kejadian biasa-biasa saja. Dari hal remeh tersebut akan mengendap menjadi endapan kebencian, jika tidak segera dicarikan akan membeku, dan terus membeku.
Itu sebabnya mengapa gegara hal-hal remeh banyak terjadi berita-berita buruk. Seorang ayah menindas anak kandung, saudara kandung melakukan kekerasan terhadap saudaranya.
Surat kabar, media sosial acap kali memperlontarkan berita-berita vulgar yang membuat kita merinding.Â
Psikolog Kerry Front dalam buku What Kind of Child Are You Bringing up? (1997) menjelaskan bagaimana ada orangtua berbuat brutal kepada anaknya.Â