Sejak kecil aku tidak terlalu dekat dengan ayah. Bahkan aku dan ayah jarang ngobrol atau bercanda. Hubunganku dengan ayah tidak seperi Ayah dan Anak Perempuannya pada umumnya.Â
Aku dan ayah hanya mengobrol jika ada hal yang penting. Ayah yang begitu pendiam di hadapan keluarganya itu, membuatku takut untuk mengobrol dengan ayah. kadang aku juga merasa heran dengan sikap Ayah yang begitu dingin dengan keluarganya.Â
Namun, aku masih bersyukur karena aku masih memiliki seorang yang Ayah yang aku temui setiap hari. Meski ayah begitu dingin kepadaku, namun aku tahu jika ayah begitu menyayangiku.Â
Ayah juga mau mengambilkan raport di sekolahku waktu SMP dulu. Aku tahu tak banyak kenangan dengan ayah karena kami jarang berbincang atau melakukan kegiatan bersama.Â
Kini setelah aku dewasa dan melihat sosok ayah yang semakin menua, aku baru merasakan kehangatan ayah. Sekarang ayah lebih banyak mengobrol saat aku di rumah.Â
Sikapnya tidak sedingin dulu. Aku bersyukur ayah telah berubah. Namun aku baru menyadari jika umur ayah sudah semakin tua. Aku pun mulai takut kehilangan sosoknya.Â
Meskipun dulu ayah begitu dingin, namun aku tahu jika ayah itu menyayangiku. Tidak ada orangtua yang tidak menyayangi anaknya kan? Aku percaya jika semua orangtua di dunia ini pasti menyayangi anaknya.Â
Begitu juga dengan ayahku. Aku jarang mengobrol dengan ayah, makanya aku tidak terlalu paham dengan sosok ayah. Aku bahkan tidak tahu apa yang dia suka dan tidak suka. Hubunganku dengan ayah memang tidak sedekat itu. Tapi aku tetap menyayanginya.Â
Saat usiaku dewasa ini, aku merasa waktuku dengan ayah tidak lama lagi. Aku juga ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan ayah.Â
Namun hubunganku dengan ayah masih terasa canggung meski tidak sedingin dulu. Aku tahu tanpa ayahku aku tidak akan sampai pada titik ini. Aku tahu di setiap perjalananku ada do'a darinya yang selalu mengiringiku.Â