Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang produksinya menjadi prioritas dari pemerintah. Oleh karena itu, banyak daya upaya pemerintah dikerahkan untuk menggenjot produksi salah satu sumber karbohidrat ini.
Ironisnya, kadang bantuan dari pemerintah itu tidak tepat sasaran. Lucunya lagi, kasus itu terjadi di wilayah penghasil jagung nasional, yakni Nusa Tenggara Barat (NTB). Karena baru-baru ini ditemukan kejadian di mana petani setempat menjadikan varietas bibit jagung bantuan pemerintah tahun 2018 jenis BISI-2 dan Premium-191 sebagai pakan ternak karena dinilai tidak cocok di tanam di lahan mereka.
Kisah bibit salah sasaran ini bermula dari janji Kementerian Pertanian (Kementan) menyalurkan varietas bibit BISI-18 yang telah sukses dalam masa panen pada musim sebelumnya. Janji bantuan itu pun disepakati oleh kelompok tani.Â
Akan tetapi, saat realisasi yang datang justru bibit varietas berbeda, yakni BISI-2 dan Premium-191. Namun karena sifatnya bantuan dari pemerintah, petani di dusun tetap menerima varietas bibit yang disalurkan dalam periode tiga hari yang lalu itu. Meski pada November lalu petani juga sempat menolak menerima karena yang disalurkan itu premium-191.
Para petani merasa, bantuan varietas bibit dari pemerintah tidak sesuai dengan pembahasan. Pihak Dinas pertanian setempat berkilah, stok BISI-18 itu habis, makanya yang disalurkan BISI-2 di campur Premium-191.
Wajar bila petani kecewa, karena alasannya sangat sepele. Padahal mereka pasti sudah terbayang dengan hasil produksi yang melimpah dengan kucuran bantuan bibit BISI-18.
Kejadian di NTB ini tidak bisa dianggap sebagai kesalahan sepele saja. Harus ada evaluasi menyeluruh, terkait keberadaan stok dan kejujuran pengelolaan bantuan bibit jagung untuk petani. Karena anggaran untuk bantuan bibit sudah diketok di tingkat pusat.
Daerah hanya tinggal mengucurkan saja. Bukan tidak mungkin terjadi penyelewengan. Oleh karena itu, harus ada pelurusan secara transparan.