Mohon tunggu...
Sri Maryati
Sri Maryati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Mengalirkan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Perlu Menu Goyang Lidah untuk Korban Bencana Alam

13 Mei 2024   14:25 Diperbarui: 13 Mei 2024   14:55 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menu untuk korban bencana alam (sumber: shutterstov via kompas.com)

Bencana alam yang terjadi silih berganti di Indonesia membutuhkan solusi yang lebih efektif untuk melayani konsumsi makanan bagi para pengungsi. Para korban dan petugas penyelamat mesti mendapat pasokan makanan yang cukup dengan menu yang enak dan tidak membosankan. Korban bencana alam membutuhkan menu yang bisa menggoyang lidah alias enak namun tetap menu makanan sehat dan gizi seimbang.

Jenis menu makanan yang umumnya didistribusikan ke daerah terdampak bencana kebanyakan adalah mie instan, biskuit, fresh food dan makanan kaleng. Keniscayaan penanganan kebutuhan logistik, utamanya makanan membutuhkan inovasi baru. Salah satu inovasi adalah produk olahan ternak dengan kemasan retort yang bisa menggoyang lidah para pengungsi dan petugas. Beberapa contoh makanan berbasis olahan ternak yang telah dikembangkan dengan kemasan retort oleh BRIN dan Fakultas Peternakan UGM adalah rendang daging sapi, sate ambal, sate klathak, sosis kambing asap dan ayam kalasan.

Selain Lembaga penelitian di atas, kalangan industry juga telah menerapkan teknologi pengemasan retort yang menggunakan mesin sterilisasi makanan "Retort Sterilizer" yang memakai standar dan pedoman sterilisasi komersial, yang bisa mengawetkan makanan hingga 6-12 bulan dalam suhu ruang. Proses Sterilisasi dengan Mesin Mini Retort Sterilizer menghasilkan Suhu dan tekanan dalam retort mencapai 121C, sehingga dapat memastikan semua mikroorganisme dalam produk makanan mati.

Saatnya menu makanan bagi pengungsi korban bencana bisa sekelas restoran berbintang.Idealnya dengan bahan makanan yang disesuaikan dengan potensi dan sumber daya setempat. Masalah klasik yang terkait dengan menu pengungsi bencana alam dirasa membosankan karena identic dengan mie instan, ikan sarden dan sebangsanya.

Eksistensi dapur umum lapangan, dalam kesempatan pertama oleh Kementerian Sosial diberikan natura pokok/dasar berupa beras, mie instan, sarden, sambal, dan kecap. Yang menjadi persoalan, Kementerian Sosial hanya bertanggung jawab mendrop sampai ibu kota provinsi. Sedangkan untuk sampai ke lokasi kejadian, selanjutnya menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Sering terjadi untuk distribusi bantuan natura itu, baik kebutuhan makanan dan tenda dengan kelengkapan lainnya, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota tidak menyediakan APBD.


Sering terjadi kasus terkait bantuan dana tunai yang tidak dibelanjakan segera oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk kebutuhan natura tambahan dari bahan baku lokal. Mestinya dana tersebut, antara lain bisa dibelikan untuk lauk-pauk seperti telur, ikan asin, abon, dan ayam. Juga untuk membeli sayur-sayuran, tahu, tempe, kerupuk, bubur kacang hijau, dan lainnya.

Terkait dengan menu, pentingnya kreativitas bersama untuk menyediakan menu sehat dan menarik bagi anak-anak pengungsi. Perlu ada variasi menu makanan bagi anak-anak yang mengungsi dengan beragam sayur mayur dan sumber protein, lalu ditata dengan paduan ragam bentuk dan warna yang memikat. Supaya anak-anak senang dan memiliki nafsu makan saat acara makan dimulai.

Selama ini ada produk jadi yang menjadi pilihan untuk menu pengungsi bencana alam, salah satunya adalah produk Kimbo Kitchen yang bisa dipersiapkan sebagai salah satu opsi emergency food, khususnya bagi anak-anak. Sesuai namanya, emergency food merupakan produk pangan yang diberikan kepada orang-orang dalam keadaan darurat bencana. Masa darurat bencana berkisar antara tiga hari hingga dua pekan setelah bencana terjadi. Salah satu karakteristik dari emergency food adalah bentuknya yang praktis, aman dikonsumsi, mudah didistribusikan, awet, dan meal ready to eat atau siap santap.

Dari aspek kebersamaan dan pengurangan depresi, anak-anak sebaiknya dilibatkan dalam proses memasak. Aspek kecerdasan anak-anak pengungsi juga perlu dioptimalkan dengan acara makan bersama dengan muatan dan proses pembelajaran asupan gizi serta kegunaan bagi tubuhnya. Termasuk bagaimana cara mengolah, memasak dan membuat bermacam juice sendiri. Kecerdasan anak-anak dalam memilih dan mengkonsumsi makanan saat mereka mengungsi pada gilirannya akan mencegah bahaya epidemiologi nutrisi dan bisa mengatasi trauma dirinya.

Pemenuhan gizi pada korban bencana di Indonesia saat ini masih bermasalah. Seperti masalah jenis makanan yang terlalu instan, makanan yang kadaluarsa, dan masalah higienitas dapur umum. Badan penanggulangan bencana masih kesulitan menyediakan makanan gizi seimbang secara massal karena korban bencana jumlahnya bisa ribuan dalam lokasi pengungsian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun