[caption id="attachment_240214" align="alignnone" width="658" caption="FOTO MBAH KIAI ALI DISAMPING ANAS TERSANGKA KORUPSI"][/caption] Oleh: Agus Hartono Amin Hari ini hati saya geregetan sekaligus menyesalkan sikap mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang nampang foto di majalah Tempo berlatarbelakang gambar KH Ali Maksum (alm.), pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Beliau termasuk ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang disegani para alim-ulama NU di seluruh Nusantara. Pada Majalah Tempo edisi terbaru Maret 2013, bergambar cover rumah mewah di tengah hutan itu, jelas gambar Mbah Kiai dipajang di posisi strategis di dalam rumahnya agar media mudah menangkapnya. Foto Mbah Kiai dipajang sebagai simbol untuk melawan Presiden SBY? Nau'dzubillah min dzalik. Mbah Kiai Ali, demikian ia biasa disebut oleh santri-santri, disegani, dihormati, bahkan selalu dikirimi alfatihah oleh ribuan umat. Oleh sebab keulamaan, kealiman, dan karamahnya diakui oleh warga nahdliyin di manapun berada. Demikian terhormatnya Mbah Kiai, saya merasa tidak terima beliau diperlakukan begitu: Oleh Anas dibuat berlindung kasus korupsi. Hati ini jadi sakit. Saya warga NU yang tidak tahu politik. Hanya ingin melihat Mbah Kiai dihormati setelah wafat. Itu saja. Ingin sekali saya menangis. Tapi ke mana saya harus menangis saat Mbah Kiai diperlakukan begitu. Saya memahami posisi Anas sebagai istri cucu Mbah Kiai. Istri anas adalah putri KH Attabik putra Mbah Kiai. Sebagai bagian dari keluarga besar Mbah Kiai adalah wajar Anas memajang foto itu di rumahnya, entah sebagai hiasan atau bentuk penghormatan. Namun saya tetap tidak bisa menerima begitu saja ketika Anas memanfaatkan foto itu untuk tempat berlindung pada kasus korupsi yang sedang membelitnya. Apalagi selama ia menjabat ketua umum Demokrat, saat kejayaan dan kehormatan semua tertuju kepadanya, tidak pernah terdengar Anas berterima kasih atau ikut memuliakan Mbah Kiai. Tidak pernah saya mendengar Anas memberikan tempat terbaik sebagai bentuk hormat kepada Mbah Kiai saat jaya-jayanya berlimpang uang dan kekuasaan. Dengan sikap semacam itu, jelas-jelas Anas telah melecehkan salah satu tokoh NU yang patut dihormati. Yang semestinya Mbah Kiai ditempatkan pada posisi terhormat. Bukan malah hanya dimanfaatkan ketika Anas berada dalam kecemasan karena kasus korupsi Hambalang. Sebagai santri yang ikut meneladani ilmu dan kealiman Mbah Kiai saya merasa terusik. Sikap Anas semacam itu bukan sikap yang patut diteladani. Hanya memanfaatkan Mbah Kiai ketika posisinya tersudut kasus korupsi. Saat di atas angin dengan kekuasaan melimpah sebagai Ketua Umum PD ia tak pernah sekalipun memberikan kehormatan kepada tokoh-tokoh NU. Anas Urbaningrum benar-benar melecehkan NU. Anas telah melecehkan keluarga besar Pesantren Krapyak Yogyakarta yang santri-santrinya tersebar di seluruh Nusantara, bahkan sampai di luar negeri. Semoga hidayah dan maghfiroh-Nya selalu tercurah kepada Mbah Kiai Ali. Alfatihah,,,, *