Sekarang di Salatiga sedang musim durian. Di beberapa jalan utama, penjual durian bermobil banyak parkir di bahu jalan menjajakan buah yang harum baunya itu.Â
Saya jarang beli durian dari penjual bermobil itu. Harganya seringkali lebih mahal daripada mak mak pedagang di pasar, apalagi jika kita pandai menawarnya. Dengan sedikit rayuan atau nyinyiran, harga bisa ditekan dari 5 ribuan sampai 30 ribuan.
Menawar sambil nyinyir itu berarti mengkritik dagangannya dengan kata kata;
"Walah durian kecil kecil kok harganya segitu"
"Lha itu ada item itemnya, jangan jangan dalamnya busuk"
"Duriannya masih mentah kok dijual", dll.Â
Kata kata tersebut sebenarnya untuk menjatuhkan mental pedagangnya agar harga durian bisa murah.
Namun saya kadang lupa, mak mak itu setiap hari berhadapan dengan pembeli seperti saya. Jadi mentalnya ditekan seperti apapun, beliau tetap bisa mengambil untung. Siapa sih pedagang yang mau merugi?Â
Saya suka durian karena rasa dan juga baunya. Manis legitnya bisa melebihi madu, pahitnya bisa bikin merem melek seperti bapak bapak menikmati kopi dipagi hari.Â
Namun banyak juga orang yang pusing saat mencium bau wangi buah buah berduri itu. Contohnya adik ipar dan beberapa teman bule saya. Menurut mereka bau durian itu memuakkan. Wanginya bikin mabuk dan muntah.Â