Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dakwah atau Pamer?

13 Maret 2023   20:35 Diperbarui: 13 Maret 2023   20:52 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pamer menurut KBBI adalah sebuah kata kerja yang artinya menunjukkan (mendemonstrasikan) sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan untuk menyombongkan diri.

Tujuan seseorang melakukan "pamer" adalah untuk menunjukkan keberadaan diri dengan maksud supaya diakui keberadaannya oleh orang lain.

Biasanya, hal yang menjadi obyek untuk dipamerkan bermacam-macam, antara lain kekayaan, kepandaian, prestasi, kecantikan, jabatan, keturunan, keharmonisan keluarga bahkan amalpun bisa dijadikan sebagai obyek pamer.

Tindakan "pamer" pun dilakukan dengan berbagai macam cara. Selain dalam bentuk obrolan, pamer bisa dilakukan dengan tindakan yaitu dengan cara menunjukkan apa yang dimiliki secara langsung.

Apalagi dengan maraknya berbagai jenis media sosial, membuat sebagian besar orang merasa memiliki banyak wadah yang bisa digunakan sebagai show of force atau ajang pamer.

Segala sesuatu terasa kurang afdhal apabila belum di "post" di media sosial yang dimiliki. Dengan dalih save kenangan atau apalah, jadilah "pamer" yang dikemas menjadi sebuah status.

Pamer, terlebih pamer harta dan kekayaan di media sosial akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi pelakunya. Merangkum dari beberapa peristiwa yang terjadi, berikut beberapa dampak yang ditimbulkan karena perilaku pamer tersebut.

Pertama, mengundang tindakan kriminal. Dengan sering pamer (kekayaan) berarti secara tidak langsung kita mengumumkan kepada publik bahwa kita memiliki banyak harta, dan tentu saja hal tersebut mengundang pelaku kriminal untuk mendatangi kita. Pamer harta kekayaan tidak selalu harus secara terang-terangan menunjukkan kalau kita memiliki benda yang berharga, tetapi bisa juga secara tersirat. 

Misalkan dengan memakai perhiasan secara berlebihan, berfoto didepan rumah yang megah bak istana, berfoto didalam mobil mewah, belanja dengan menghabiskan nominal yang besar dan tak lupa menguplod struk belanja dan sebagainya. Orang yang melihatpun akan berdecak kagum, wow...

Kedua, membuat orang lain menyelidiki asal harta yang kita miliki. Apabila pelaku "pamer" adalah seorang pejabat atau pegawai yang bisa dihitung berapa besar penghasilan yang didapat, maka hal tersebut akan membuat orang lain mengusut asal harta yang diperoleh. Dan apabila dirasa janggal, tentu, pihak terkait akan tergelitik untuk mengusut dan menyelidikinya.

Ketiga, pelaku "pamer" cenderung memiliki kelainan kesehatan mental. Orang yang suka memamerkan segala sesuatu yang dimiliki, dirinya akan merasa puas apabila sudah memamerkan apa yang dilakukan dan apa yang milikinya. Sebaliknya, mereka akan merasakan ada sesuatu yang kurang apabila belum memamerkan apa yang dimiliki atau yang dilakukan. Mau makan, cekrek dulu, mau tidur cekrek dulu bahkan mau shalatpun tak lupa selfie terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun