Hari ini Selasa tanggal 18 Maret 2025 memasuki Ramadan Bercerita hari ke 16 dari Kompasiana. Hal ini ditandai dengan kehadiran Mystery Topic ke tiga disponsori oleh Pegadaian dengan judul "Gerakin Emasmu, Bantu Finansialmu". Ini adalah sebuah tantangan untuk para peserta Ramadan Bercerita menuliskan satu artikel dengan tema tersebut.
Saat melihat kalender tergantung di dinding, hari ini bulan Ramadan sudah berada di pertengahan, berarti bahwa Hari Raya Idul Fitri sudah semakin mendekat. Lonjakan pengeluaran harian semakin terasa di hari-hari terakhir bulan Ramadan. Lebaran identik baju lebaran persatuan (couple antara ayah, ibu, anak) yang pasti memakan biaya ekstra, ketupat dan aneka pelengkapnya, toples kue khas Lebaran dan mudik. Pulang kampung atau mudik merupakan momen perjalanan paling ditunggu oleh perantau untuk balik sejenak ke kampung halaman. Mulai masuk minggu kedua puasa, beberapa orang mahasiswaku mulai grasak-grusuk menanyakan kapan mulai libur. Mereka sudah menjalani ritual ticket war sehingga tidak berpikir lagi untuk hadir di kelas mengikuti kuliah. Ibarat tubuhnya berada di kelas, namun ruhnya sudah melayang entah kemana. Lebaran adalah momen orang tua dan handai taulan mahasiswa yang berada di kampung berkumpul untuk mendengar cerita indah seseorang mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan di kota besar.
Lain mahasiswa, lain pula situasi untuk ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang menjadi pengelola utama keuangan keluarga harus lebih cermat mengawasi dana yang masuk dan keluar selama bulan Ramadan. Dana itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian dan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya berdasarkan anggaran yang telah dibuat sebelumnya. Pengalamanku merayakan Lebaran, pengeluaran terbesar saat Idul Fitri adalah mudik bersama keluarga besar pasangan. Jika kami tidak mudik  mengunjungi keluarga besar pasangan yang berada di kampung, maka saudari-saudari ipar yang datang dari tanah rantau menghendaki family holiday dengan menginap beramai-ramai di satu tempat. Biasanya kami menyewa secara patungan sebuah vila besar di daerah pegunungan atau tempat rekreasi. Sebagai seorang Ibu yang restrict dengan keuangan keluarga, keputusan dadakan ini seringkali menimbulkan dilema. Mengikut family holiday dengan catatan bersedia menanggung kebutuhan keluarga masing-masing selama liburan bersama plus segala konsekuensinya. Jika memilih tidak terlibat dalam family holiday, bersiaplah menerima konsekuensi berupa mimpi buruk mendengar sesalan sampai tiba bulan Ramadan tahun berikutnya. Prinsip kebersamaan seringkali bentrok dengan kebijakan keuangan yang dikelola oleh masing-masing keluarga. Jika memaksakan ikut sebuah keputusan dadakan, maka THR yang diperoleh selama Lebaran pasti dipakai menutup ongkos perjalanan plus makan dan minumnya sampai tiba di tujuan. Seringkali dana simpanan duluan habis sebelum tiba tanggal gajian. Inilah konsekuensi untuk sebuah keluarga yang harus mengikut sebuah keputusan dadakan. Financial support bukan barang mainan di zaman edan seperti ini. Memang benar family is the number one adalah slogan lazim didengar saat kumpul keluarga di Hari Raya Idul Fitri, sehingga semua harus dibela-belain demi terlihat kompak dalam keluarga. Sebenarnya jauh di lubuk hati terdalam, terdapat perasaan tidak enak alias malu hati jika tidak melibatkan keluarga masing-masing dalam suatu perjalanan. Konsekuensi dari rasa malu dan tidak enak berimbas pada terpakainya dana investasi jangka panjang.Â
Setelah libur Lebaran berakhir, masalah kekurangan dana mulai muncul di kehidupan yang mulai berjalan normal. Menggadaikan sertifikat rumah, tanah dan BPKB kendaraan bermotor pasti memakan waktu lama sedangkan suntikan dana segar harus segera tersedia untuk menutup kebutuhan. Barang elektronik mempunyai nilai gadai sangat rendah bahkan tidak ada jika modelnya dianggap tidak up to date. Solusi terbaik, Pegadaian menjadi tujuan akhir menggadaikan simpanan perhiasan emas yang harus turun gelanggang dalam mengatasi urgensi keuangan. Selama ini aku sering menabung uang dalam bentuk perhiasan emas yang dapat dipakai saat kondangan atau acara dengan kolega. Setiap kali mendapat honor dari jasa terjemahan atau bisnis lainnya, aku mengumpulkannya sedikit demi sedikit. Jika sudah memenuhi target tertentu, aku segera membeli emas seberapapun beratnya sesuai dengan uang yang kupunyai. Mengapa aku berpikir simpanan uangku harus kugunakan untuk membeli emas?
Secara umum, emas mempunyai nilai tukar yang stabil. Terkadang owner masih mendapat keuntungan saat menjual emas miliknya karena taksiran harganya sangat tinggi jika nilai kurs USD meningkat. Terkait dengan Pegadaian, layanan gadai emas di tempat itu memberikan solusi cepat untuk masyarakat yang membutuhkan uang. Emas tetap menjadi hak owner dan dapat ditebus kapan saja saat dana sudah tercukupi untuk membayar biaya pinjaman. Jika belum mampu menebus, terdapat perpanjangan gadai dengan membayar biaya tertentu supaya emas milik owner tidak di lelang oleh Pegadaian. Sistem gadai-tebus telah kugunakan selama bertahun-tahun dan terbukti sangat ampuh saat membiayai dua anak yang salah satunya menyelesaikan Pendidikan Dokter di sebuah universitas ternama.
Aku pernah ditanyai seseorang mengapa harus menggadai emas, padahal saudara atau kerabat dapat dipinjami dana bantuan. Aku menolak tegas mendatangi saudara maupun keluarga terdekat untuk meminjam uang. Alasan utamanya: jangan sampai mereka mempermudah pemenuhan kebutuhan keluargaku padahal saudara tersebut terhalang untuk mengcover kebutuhan keluarganya sendiri. Selain itu, ada rasa malu luar biasa menghinggapi diriku. Jangan sampai terdengar kalimat kurang nyaman yang menyinggung mengapa penghasilanku yang demikian besar tidak mampu menutupi pengeluaran keluarga sehingga harus pergi meminjam dan lain-lain. Meminta pertolongan terkait dengan uang menempatkan harga diri peminjam berada di titik serendah-rendahnya. Refleksi emosi sering tidak terkendali saat seseorang berada dalam situasi terdesak keuangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Kalimat tanya tersebut juga menjadi pemicu konflik tanpa henti di dalam keluarga jika dikaitkan dengan masalah keuangan. Sikap perasa angin alias sensitif mudah sekali menghinggapi seseorang yang meminta pertolongan terkait keuangan sehingga kalimat sederhana dapat menjadi pemicu timbulnya rasa tersinggung. Meminjam uang bagaikan menggadaikan harga diri sehingga aku berjanji tidak akan pernah melakukannya. Inilah motivasiku menginvestasi emas untuk jangka panjang kehidupan. Jika dana tersimpan di bank, tanpa sadar ATM akan terus beraksi membeli kebutuhan yang bukan prioritas. Investasi emas mengajarkanku berpikir taktis untuk persiapan jangka panjang.  Nilai positif menggadaikan emas di Pegadaian adalah: aktivitas yang kita lakukan tidak menyebar ke khalayak ramai dan perhiasan emas yang digadaikan tetap menjadi milik kita sebagai owner. Lain situasinya dengan menjual emas. Saat uang diterima, emas juga berpindah tangan ke owner baru. Seringkali perhiasan emas merupakan warisan turun temurun keluarga sehingga sangat sayang untuk dijual dalam keadaan terdesak karena belum tentu mendapat ganti sebaik kualitas emas yang dijual itu.
Sebagai perusahaan berbasis gadai, Pegadaian telah memberikan banyak sekali bantuan untuk masyarakat yang mengalami krisis keuangan. Slogan Pegadaian "Mengatasi Masalah Tanpa Masalah" benar-benar memberikan jalan untuk mengatasi kesulitan dengan memanfaatkan investasi emas yang dimiliki. Pegadaian sebagai tempat menggadai emas terpercaya memberikan jaminan bahwa emas yang Pembaca miliki adalah asli karena pasti ketahuan jika dilakukan tes kadar emas dari suatu perhiasan yang akan digadai. Jika Pembaca ingin menginvestasi emas, belilah produk dari toko emas terpercaya, Antam dan Pegadaian sebagai lembaga yang mempunyai sertifikat resmi dalam peredaran emas. Membeli emas untuk investasi jangka panjang dan menggadaikan emas saat mengalami paceklik adalah solusi cerdas melindungi diri dan nama baik dari kemelut pinjam meminjam yang seringkali berakhir menjadi malapetaka dalam keluarga (srn).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI