Dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal, pengetahuan akan informasi akuntansi menjadi kebutuhan penting bagi para investor. Salah satu sumber informasi akuntansi tersebut adalah laporan keuangan yang di dalamnya terdapat informasi mengenai laba. Informasi mengenai laba menjadi tolok ukur kinerja perusahaan yang akan menjadi objek investasi para investor. Mengingat pentingnya peran informasi mengenai laba tersebut, diduga terdapat kecenderungan manajer untuk melakukan earnings management dengan tujuan untuk mengintervensi atau memengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder.
Solechan dalam Deni dan Indri (2011) mendefinisikan earnings management sebagai upaya manajer untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.Â
Terdapat beberapa bentuk earnings management yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan positive discretionary accruals, manajer melakukan earnings management dengan cara menaikkan laba. Hal ini dapat dijelaskan melalui bonus plan hypothesis dengan asumsi manajer ingin mendapatkan bonus. Sedangkan berdasarkan negative discretionary accruals, manajer justru ingin mendapat bonus di masa yang akan datang sehingga mereka menurunkan laba di masa kini. Cara menaikkan atau menurunkan laba ini salah satunya dengan income smoothing, yaitu penggeseran pendapatan dan beban antar periode untuk mengurangi fluktuasi pada laba.
Alasan perusahaan melakukan earnings management salah satunya adalah karena ingin memenuhi ekspektasi investor atas pengembalian keuntungan yang diharapkan. Selain itu, earnings management juga dapat mendukung pelaksanaan Initial Public Offering (IPO), di mana laporan keuangan yang berkualitas baik menjadi insentif bagi para calon investor. Kedua alasan ini disebut dengan alasan oportunistik dilakukannya earnings management.Â
Jika manajer melakukan earnings management dengan alasan oportunistik, manajer akan cenderung melakukan pengungkapan yang minimal agar tercipta asymmetric information. Hal ini dilakukan agar manajer lebih leluasa melakukan earnings management tanpa khawatir akan terdeteksi. Namun, asymmetric information dapat menghilangkan kepercayaan stakeholder kepada perusahaan. Pasalnya, nilai guna laporan keuangan berkurang, sebab reliabilitas laporan keuangan menurun.
Untuk mengurangi asymmetric information ini, dibutuhkan kehadiran pihak ketiga yang independen, yaitu auditor. Auditor sebagai pihak dari luar perusahaan dapat melakukan pemeriksaan dan validasi atas laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan. Sesuai dengan Lending Credibility Theory, fungsi utama audit adalah untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Jika pemangku kepentingan seperti investor harus membuat penilaian berdasarkan informasi yang mereka terima, mereka harus memiliki keyakinan bahwa laporan keuangan adalah representasi yang andal dari nilai ekonomi perusahaan.
Audit dapat mengurangi asymmetric information dengan melakukan pengungkapan atas laporan keuangan perusahaan. Ketika menemukan salah saji material pada laporan keuangan, auditor akan menyelidiki masalah secara menyeluruh, mencari bukti tambahan jika diperlukan, dan berkonsultasi dengan tim audit. Pemeriksaan ini diperlukan sebab auditor harus berhati-hati untuk tidak melakukan rasionalisasi atau menganggap salah saji sebagai kejadian yang terpisah. Misalnya, seorang auditor mengungkapkan penjualan saat ini seharusnya direfleksikan sebagai penjualan pada tahun berikutnya. Auditor akan mengevaluasi alasan-alasan salah saji tersebut, menentukan apakah itu disengaja atau fraud, dan mempertimbangkan apakah salah saji lain seperti itu sering terjadi.
Penelitian Jeffrey dan Anton (2016) menunjukkan bahwa opini audit berkorelasi positif dengan harga saham. Artinya, ketika perusahaan mendapat opini audit wajar dari auditor, semakin banyak orang yang ingin membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga saham naik. Penelitian Indri dan Dewi (2011) juga memperlihatkan korelasi positif antara kualitas audit dengan return saham. Sebab kualitas audit yang baik dapat meningkatkan harga saham yang juga berakibat pada naiknya return saham.
Akan lebih baik jika perusahaan diaudit oleh auditor spesialis industri. Seorang auditor dapat dikatakan sebagai auditor spesialis industri apabila telah mengikuti banyak pelatihan dan memiliki pengalaman yang lebih terhadap segmen industri yang ditekuni. Itulah sebabnya auditor spesialis industri dapat melakukan audit yang lebih komprehensif, sebab mereka memiliki pengetahuan lebih terhadap perusahaan yang melakukan earnings management sehingga kualitas audit yang dihasilkan lebih baik.
Melalui pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya earnings management pada laporan keuangan menyebabkan timbulnya asymmetric information antara perusahaan dengan pemangku kepentingan seperti investor. Padahal, laporan keuangan menjadi tolok ukur kinerja perusahaan yang menjadi objek investasi para investor.Â
Oleh karena itu, dibutuhkan kehadiran pihak ketiga yang independen untuk melakukan pemeriksaan dan validasi terhadap laporan keuangan tersebut, yaitu auditor. Adanya audit dapat mengurangi asymmetric information yang nantinya berdampak pada meningkatnya harga saham dan naiknya return saham. Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan audit atas laporan keuangannya sebab kredibilitas laporan keuangan adalah hal esensial bagi investor dalam mempertimbangkan untuk melakukan investasi.