Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perelung Kain Paseumah yang Punah

5 Maret 2019   18:25 Diperbarui: 5 Maret 2019   18:29 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Betapa saya bersyukur tinggal di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan hingga 12 tahun adanya. Kaya bumi yang diciptakan Tuhan tak hanya alam dan budaya saja kekayaan tanah Paseumah (Besemah), terbukti dengan temuan dari tenun khas yang berada di sepanjang Bumi Paseumah. Sebut saja yang termasuk di dalamnya yang teraliri dari hulu Sungai Lematang, Lahat, Pagaralam, Empat Lawang, Muara Enim dan beberapa daerah sekitarnya.

Salah satu tenun yang sudah punah ini yakni Perelung yang menjadi sebutan masyarakat Lahat dan Pagaralam (untuk sementara informasi baru dua daerah ini yang menamai nama tersebut).

Berdasarkan salah satu sumber di Lahat dan Pagaralam yang diperoleh penulis bahwa kain tersebut biasa dipakai oleh orang-orang jaman dulu dengan kasta atau kedudukan yang baik di daerah yang mereka tinggali. Tidak sengaja saya dikenalkan pada Ilham seorang penenun songket Palembang yang mencoba menenun beberapa kain perelung kuno milik tokoh masyarakat Pagaralam yang enggan disebut namanya.  

"Sudah 11 motif yang saya lihat dari kain perelung ini dan belum ada modifikasi. Kain Perelung ini, tapi sayangnya dari gambar-gambar yang saya dapat tidak semua jelas. Hanya satu yang saya peroleh kain dengan panjang sekitar 2 meter lebar sekitar 30 sentimeter, yang bisa saya buat replika," Jelas Ilham penenun yang menenun replika Perelung hasil pesanan konsumennya.

Dirinya menggarap perelung sekitar dua bulan lamanya bersama seorang asisten penenun yang dimiliki di salah satu workshop yang dimilikinya. "Semula tidak menyangka bahwa tenunan ini berbeda dengan songket yang jauh lebih rumit. Model penenunannya yakni sambil menenun, mencukit benang emas," papar Ilham

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dari segi pemilihan benang yang dilakukannya untuk menenun, ia harus menyamakan dengan kain aslinya dalam membuat replika kain perelung. "Beberapa benang yang ada saya coba lalu baru dimulai menenun. Untungnya hasilnya tidak mengecewakan dan berhasil membuatnya. Dan ini pesanan khusus customer saya," jelas Ilham.

Info sekilas tentang sejarah perelung sendiri tidak banyak didapatkan Ilham, hanya di ceritakan pemilik kain yang enggan disebutkan namanya bahwa kain tersebut milik nenek moyang mereka yang usianya diperkirakan sekitar 100 tahun lebih. 

Di dokumen sumber yang ada juga tidak banyak diperoleh info tentang tenun Perelung ini. "Motif perelung unik, tehnik tenun paling bagus, satu motif yang paling saya kenali motif pucuk pakis seperti di dinding kayu di rumah Baghi hampir sama gambaran motif yg primitifnya," lanjut Ilham yang membuat replikanya diatas sutera seperti aslinya.

Untuk harga tenun perelung ini sendiri menurutnya karena pembuatannya cukup lama dan tehnik cukit yang rapat dan rumit. "Cukitan benang emasnya cukup rumit dan khas, bolak balik kain ini rapet dan rapi. Patokan harga antara 6 jutaan rupiah lebih apalagi ini handmade tradisional," tegasnya.

Sementara terpisah dari salah satu budayawan Lahat, Ismeth Inonu SY mengatakan bahwa dirinya belum paham tentang kain Perelung. "Bisa jadi diambil dari kata "Relung" yang maknanya diantara dua mempelai dijadikan satu yang biasanya kain tradisi dipakai saat acara tradisi, dirinya juga menggagumi kain tenun unik ini," ungkapnya .

Dirinya mengungkapkan bahwa jangkauan Paseumah cukup luas dulunya, dan dalam kesehariannya memiliki warna-warna dominan yang dipakai. "Warna-warna yang dipakai seperti biru tua, biru muda, kuning emas, hijau tua, merah muda, merah tua, ungu. Baik dari kerajinan maupun kain terlihat ciri khas kita," urai Ismeth.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun