Mohon tunggu...
Harry Puguh
Harry Puguh Mohon Tunggu... Administrasi - Sustainability Profesional

Saya bekerja di lembaga swadaya masyarakat selama lebih dari 20 tahun dan sekarang bekerja dibidang sustainability

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Kita Cari?

12 Maret 2018   16:11 Diperbarui: 12 Maret 2018   16:15 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang kamu cari ? pertanyaan itu selalu terngiang di telinga. Hidup emang harus dijalani dengan tujuan maupun dengan tidak ada tujuan, karena hidup itu sendiri lebih penting dari tujuan-tujuan itu.

Banyak hal yang sudah dilewati, susah senang, sedih gembira, kepahitan dan sukacita, semua pengalaman itu seakan menyadarkan akan akhir dari semua ini semakin mendekat, dan inilah misteri yang harus diungkap, banyak pertanyaan yang harus dijawab, apakah akan ada kepedihan yang lebih dalam dari yang selama ini sudah dialami atau adakah sukacita yang lebih tinggi dari apa yang sudah dijalani sehingga masih ada waktu buat menikmati kepedihan dan sukacita yang lebih dalam ?.

Ada yang bilang inti dari kehidupan hanyalah kehilangan, hari-hari kita hanyalah perayaan akan kehilangan, setidaknya kehilangan waktu tanpa kita sadari. Ada benarnya juga, kehilangan adalah hal terbesar yang harus dihadapi dalam hidup, kehilangan Ibu, kehilangan anak, kehilangan stereo set, kehilangan kekasih, kehilangan kesempatan, dan sampai sekarangpun ada banyak orang masih gagap menghadapi kehilangan, walaupun mereka sudah pernah merasakan kehilang terbesar dalam hidupnya dan mengubah semua cara pandangnya.

Kehilangan hanyalah sebuah akibat dari rasa memiliki, semakin dalam rasa memiliki yang kita punya, semakin dalam juga potensi buat kehilangan itu sendiri. Menyakitkan memang kehilangan sesuatu dan sesuatu itu yang kita anggap bagian dari kita yang sangat berharga, bisa jadi itu barang maupun pasangan.

Seperti orang bijak bilang, "dimana rasa memilikimu berada, disitu hatimu berada". Besar kecilnya rasa keterikatan kita dengan sesuatu akan menjadi ukuran besar kecilnya rasa kehilangan kita dan rasa kesakitan kita.

Banyak sekali kepedihan karena kehilangan, dan sepertinya itu rangkaian yang gak akan pernah berhenti, dan gak ada yang salah dengan itu, kadang-kadang (mungkin) semesta alam mendidik kita dengan rangkaian kehilangan, supaya kita tau bahwa jangan menautkan hati dengan segala sesuatu yang gak abadi (enak banget ngomongnya).

Orang-orang tercinta akan pergi, dan itu gak terelakan, barang-barang berharga akan aus dan berkarat, dan itu tidak akan terhindarkan.

Dunia ini semakin menua dan sedang menghitung mundur menuju kebinasaan, masihkah mau mencari makna dari semua yang sedang dijalani? masihkah bertanya apa yang kita cari?

Yah katanya hidup didunia ini hanya latihan menuju kekekalan, adakah hati yang penuh dengan kepedihan dan kesakitan mempunyai tempat di masa kekekalan? adakah hati yang penuh kebencian mendapat tempat di dalam kekekalan?

Oh boy, susah jawabnya, tapi kekekalan macam apa ya yang isinya tentang kepedihan, kesakitan dan kebencian ? Jujur kalau boleh memilih, saat ini pengennya tidak ada hidup setelah kematian, tapi adakah pilihan itu?

Banyak pertanyaan yang belum terungkap, artinya masih akan ada banyak waktu buat mencari jawabannya, masihkah Kamu memberi aku waktu, ya semesta alam?..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun