Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Menyerang, Moeldoko Tertekan

26 Februari 2021   11:05 Diperbarui: 26 Februari 2021   11:10 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Kompas.com, Fotografer: Dian Erika

Kekisruhan yang terjadi antara Demokrat dan Moeldoko nampaknya belum usai. Pikir saya, masalah ini telah menemukan jalan keluar dengan AHY yang telah melakukan rekonsolidasi ditubuh partai. Nyatanya, persoalan malah makin menjalar kemana-mana bak api yang menyebabkan kebakaran lahan di Kalimantan.

Diketahui, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merupakan orang pertama yang menyatakan genderang perang kepada pihak istana, khususnya kepada Moeldoko. AHY meyakini bahwa Moeldoko adalah biang kerok yang menyebakan terjadinya badai kudeta di Demokrat.

Selain AHY, beberapa anggota partai aktif Demokrat juga ramai-ramai melakukan taktik gerilya untuk menyerang Moeldoko. Mereka kompak dan sepakat bahwa Moeldoko adalah orang dari balik istana yang mencoba-coba mengambil alih kekuasan dengan mengajak serta membujuk kader partai untuk melakukan Kongres Luar Biasa.

Serangan bertubi-tubi yang dialamatkan kepada Moeldoko tidak sampai disitu. Jika kemarin mantan Presiden RI ke Enam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih terlihat vakum dan pasif menyikapi situasi tersebut. Hari ini secara terang-terangan menunjuk batang hidung Moeldoko agar jangan coba-coba menggangu partai yang ia besarkan.

"Saya juga yakin bahwa Presiden Jokowi memiliki integritas yang jauh berbeda dengan perilaku pembantu dekatnya itu. Partai Demokrat justru berpendapat apa yang dilakukan Moeldoko tersebut sangat mengganggu, merugikan nama baik beliau (Jokowi)," tutur SBY.

Bak sebuah lantunan lagu, SBY menyanyi begitu lepas diatas panggung konser dengan dihadiri jutaan penonton. Bait demi bait yang lepas dari mulut blio, diiringi oleh instrumen musik klasik yang ia sukai, menambah semangat SBY untuk tetap larut dalam lagunya. Tak lupa, dari bawah panggung AHY dan Andi Arief saling rangkul menikmati lantunan yang bosnya nyanyikan itu.

Moeldoko yang tak sempat menghadiri konser SBY (baca: serangan), pun harus menyaksikannya secara daring. Melalui layar kaya laptop, Moeldoko sepertinya tak senang dengan lirik yang diciptakan SBY. Moeldoko merasa tertekan dan tak bisa tinggal diam.

"Jadi saya berharap, jangan menekan saya karena seperti tadi saya katakan, saya tidak tahu situasi itu, saya pesan seperti itu saja karena saya punya hak seperti apa yang saya yakini," ujar Moeldoko.

Apa yang dikatakan SBY memang sangat telak dan terang-terangan. Ibarat sebuah aplikasi, SBY tak menggunakan filter untuk menghidupkan foto yang nampak mati. Ia polos, halus dan apa adanya dia.

Lagipula, siapa yang tidak berang bila partai yang sudah dirintis sejak dari dalam rahim, lalu kemudian lahir dan dibesarkan seperti merawat Malika,harus dikoyak-koyak oleh orang yang tak jelas asalnya? Apalagi dilakukan dengan cara-cara yang tidak terhormat seperti yang dituduhkan kepada Moeldoko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun