Mohon tunggu...
Sonya Maulidina
Sonya Maulidina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang menempuh pendidikan di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Badai PHK Melanda Startup di Indonesia

6 Juli 2022   17:58 Diperbarui: 6 Juli 2022   18:16 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Istilah Startup biasanya mengacu pada sebuah perusahaan yang baru dirintis dan menerapkan inovasi teknologi dan menjadi solusi dari sebuah masalah di masyarakat. Melansir dari startupranking.com, per Maret 2022, Indonesia memiliki 2.324 perusahaan rintisan. Jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai angka 205 juta menjadi pra kondisi kemunculan banyaknya startup di Indonesia.

Startup juga menjadi salah satu perusahaan yang banyak digemari oleh kalangan muda. Bagaimana tidak, sistem kerja yang menerapkan jam kerja fleksibel, rekan kerja yang rata-rata seumuran, hingga outfit kerja yang bebas. Terlebih lagi, bekerja di startup dianggap sebagai sebuah tantangan yang menarik khususnya bagi kalangan muda mudi fresh graduate.

Namun, akhir-akhir ini ramai pemberitaan mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) massal karyawan sejumlah perusahaan rintisan (startup) seperti Netflix dan Robinhood. Di Indonesia sendiri, startup kondang seperti Zenius, LinkAja, TaniHub dan JD.ID juga melakukan PHK terhadap ratusan karyawannya. Padahal, stigma masyarakat tentang bekerja di startup itu enak dan terjamin, karena selain digaungi oleh anak muda dengan karyawan kaum milenial, gaji yang dihasilkan juga relatif besar. Lalu, mengapa perusahaan yang diidolakan oleh kaum milenial ini justru melakukan PHK?

Perusahaan Startup biasanya memiliki sifat distruktif terhadap industri yang sudah ada, salah satunya dengan cara yang dikenal dengan istilah bakar uang. Metode ini dilakukan untuk membangun ekosistem sekaligus melakukan riset pasar, apalagi ketika investor masuk untuk memperluas pasar, mereka menggelontorkan dananya untuk memberi dana subsidi dan harga murah kepada konsumen. Eddi Danusaputro, Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura Indonesia untuk Startup (Amvesindo), mengatakan bahwa PHK di perusahaan rintisan marak terjadi karena likuiditas di sektor rintisan menurun. Akibatnya, investor menjadi semakin selektif dalam hal menyuntikkan dana ke perusahaan rintisan (startup).

Fenomena PHK karyawan ini tentu bukan tanpa pertimbangan sehingga tidak dapat dilihat secara mentah-mentah. Badai PHK ini bisa juga terjadi karena memang kebijakan pemerintah dan iklim ekonomi yang belum kondusif bagi para perusahaan startup untuk berkembang lebih lanjut. Mereka memang harus efisiensi, tetapi di sisi lain mereka melakukan ini supaya startup nya bisa survive, bukan karena perusahaan tersebut sudah bangkrut. Oleh sebab itu, tekanan di dunia kerja yang semakin berat ini membuat seseorang dituntut untuk multitasking dan juga memiliki sikap growth mindset.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun